INILAHONLINE.COM, SLEMAN
Akademi Relawan Indonesia (ARI) bersama Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) menggelar kuliah visi kerelawanan bersama Ketua Dewan Pembina MRI, Ahyudin di Dusun Gondanglegi, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman pada Ahad (20/10/2019).
Acara ini dihadiri oleh MRI-ACT se-DIY dan Jawa Tengah dengan peserta 80an orang, Andri Perdana selaku Kepala Akademi Relawan Indonesia menyampaikan, sejak tahun 2018, Akademi Relawan Indonesia yang terletak di Pakem, Sleman terus menyelenggarakan berbagai pelatihan dan pendidikan (diklat) kerelawanan, baik untuk internal relawan yang tergabung dalam organiasasi MRI maupun untuk masyarakat umum.
“Setidaknya, ada 130 pelatihan yang terdiri dari berbagai bentuk program diklat dengan 4.716 penerima manfaat program diklat. Baik program diklat berupa dasar kerelawanan hingga keterampilan klaster kerelawanan seperti klaster relawan medis, pengelolaan bencana, relawan pendidikan, relawan media jurnalistik, relawan fundrising, pemberdayaan masyarakat dan lingkungan. Kedepan, Akademi Relawan Indonesia akan meningkatkan intensitas program diklat yang dibutuhkan oleh relawan agar menguatkan aksi kemanusian baik berupa program lokal, nasional, hingga global,” ujar Andri Perdana.
Pada kuliah visi kerelawanan, Ahyudin selaku Dewan Pembina ACT dan MRI, mengatakan bahwa kerelawanan bukan sekedar aktivitas fisik, namun juga non fisik dan edukasi, maka kerelawanan tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kemanusiasan, kedermawanan dan kerelawanan. Formulasi strategi membangun kemanusian, kedermanwaan dan kerelawanan yang menjadi satu kesatuan.
“Kuliah visi kerelawanan ini penting, sebab sebagai bangsa yang sering berhadapan dengan bencana, kita memerlukan kerelawanan yang profesional. Untuk menghadapi bencana yang berisiko perlu tangani oleh relawan yang terampil dan profesional,” terang Ahyudin.
Adanya Akademi Relawan Indonesia merupakan bagian keseriusan lembaga dalam membangun organisasi kerelawanan untuk memberikan aktivitas yang hebat dalam menghadapi berbagai isu kemanusiaan. “Kita ingin saking seriusnya kerelawanan itu, harus ada akademinya. Jadi kita coba elaborasi secara dalam, bagaimana gagasan kerelawanan ini tumbuh menjadi visi. Dikonsep secara baik dan diorganisasi secara baik,” ujarnya
Ahyudin menjelaskan, sukarelawan bukan pekerjaan yang sepele, enteng, dan biasa-biasa saja. Menurutnya, relawan merupakan sebuah pekerjaan yang membutuhkan keahlian dan sifatnya profesional. Relawan tidak hanya harus siap pada saat bencana alam saja, tapi juga siap setiap saat. “Di luar bencana alam, ada bencana lain yang sifatnya laten, yaitu bencana kemiskinan,” jelasnya.
“Harapannya, dari ARI ini bisa melahirkan energi-energi sumber daya hebat di bidang kerelawanan, juga memberikan andil positif terhadap lingkungan, baik skala mikro berupa isu lokal, nasional, maupun global,” tutup Ahyudin.
(CJ/Nasrudin – ACT)