INILAHONLINE.COM, BOGOR – Dinas Kesehatan (Dinkes) kota Bogor tetap mewaspadi merebaknya virus H5NI atau lebih dikenal virus flu burung yang saat ini banyak ditemukan mewabah di Eropa, Amerika, China, dan Jepang.
“Virus Influenza A (H5N1) yang sempat mewabah di Indonesia pada tahun 2010 lalu kini kembali jadi sorotan. Temuan kasus virus flu burung dengan clade baru 2.3.4.4b saat ini banyak ditemukan mewabah di Eropa, Amerika, China, dan Jepang,” ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Kota Bogor, Bai Kusnadi
Menurutnya, hasil Risk Assesment Virus Influenza A (H5N1) clade 2.3.4.4b yang dilakukan oleh WHO menyatakan bahwa saat ini risiko infeksi pada manusia masih rendah dan tidak ada laporan penularan dari manusia ke manusia secara berkelanjutan.
“Namun demikian, terdapat peningkatan perpindahan (spill over) virus H5N1 clade 2.3.4.4b dari burung liar ke beberapa spesies mamalia di berbagai negara di Eropa dan Amerika Utara, yang terdapat prevalensi virus pada populasi unggas di wilayah tersebut,” katanya, Kamis (25/4/2024)
Lebih lanjut Bai Kusnadi mengatakan, selain itu Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) memperingatkan adanya akuisisi mutase yang cepat dan konsisten pada mamalia dapat menjadi petunjuk bahwa virus ini memiliki kecenderungan untuk menjadi infeksi zoonosis atau berpotensi menyebar ke manusia.
“Hingga Senin (20/3) pihaknya belum mendapatkan laporan adanya kasus flu burung di Kota Bogor. Meski begitu pihaknya tetap menerapkan sistem kewaspadaan dini pada Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Bogor,” tuturnya.
Unutk itu, Dinkes Kota Bogor mengimbau pada Puskesmas untuk melakukan penyuluhan ke masyarakat sehingga diharapkan bisa turut aktif mewaspadai penyakit ini. Penyuluhan meliputi ajakan untuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan melaporkan adanya temuan unggas mati mendadak pada pejabat setempat.
“Puskesmas juga diimbau agar mengajak masyarakat untuk segera mendatangi fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala flu burung atau memiliki riwayat kontak dengan faktor risiko. Kami juGLga meminta agar kegiatan surveilans dan Tim Gerak Cepat (TGC) intensif mendeteksi sinyal epidemiologi di lapangan,” terangnya
Selain itu, Puskesmas juga diharapkan dapat melaporkan hal tersebut pada sistem Surveilans Berbasis Kejadian (Event Based Surveillance/EBS) dan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR).
“Kebijakan tersebut juga diharapkan Dinkes untuk dapat diberlakukan pada Rumah Sakit yang ada di Kota Bogor. Rumah sakit juga diminta menyiapkan fasilitas kesejatan untuk penatalaksanaan kasus suspek flu burung sesuai pedoman yang sudah ditetapkan,” punkas Bai Kusnadi. (Ian)