Inspeksi ke Lokasi Bencana, Pj Wali Kota Bogor Tinjau Penanganan dan Mitigasi Bencana

INILAHONLINE.COM, BOGOR — Penjabat (Pj) Wali Kota Bogor, Hery Antasari melakukan inspeksi ke lokasi bencana longsor serta rumah ambruk di RT 004/008, Kelurahan Bondongan, Kecamatan Bogor Selatan dan longsor Tembok Penahan Tanah (TPT) di Jalan Raya Cilebut, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Senin (6/5/2024).

Dalam tinjauan itu Hery Antasari didampingi Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor Hidayatulloh, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Dani Rahadian, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman (Perumkim) Kota Bogor Juniarti Estiningsih, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor Rena Da Frina, serta Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bogor Rahmat Hidayat.

Penanganan tanggap darurat pada longsor dan rumah ambruk milik Ma Acih yang dihuni dua kepala keluarga (KK) dan tiga jiwa di RT 004/008 Kelurahan Bondongan dilakukan dengan memasang terpal, pembersihan lokasi dari puing-puing dan membongkar sisa material yang bisa membahayakan warga sekitar oleh BPBD bersama petugas gabungan.

Hery Antasari mengatakan, dari sisi prosedur BPBD Kota Bogor sudah sangat berpengalaman dalam melakukan mitigasi dan penanganan kebencanaan.

“Termasuk juga apa yang sudah dilakukan dari unsur kewilayahan, Dinsos, semua, termasuk unsur media, dalam rangka kita menyebarluaskan informasi kepada masyarakat untuk kewaspadaan dan kesiapsiagaan serta penanganan yang dilakukan oleh Pemkot Bogor,” katanya.

Mengenai sistem peringatan dini atau Early Warning System, seharusnya bisa dilakukan untuk mengantisipasi ataupun meminimalisir dampak bencana.

Namun meski itu sudah berjalan, kata Hery Antasari, peristiwa bencana, musibah, seringkali terjadi diluar dari apa yang sudah diprediksi.

“Sehingga yang terpenting adalah bahwa tidak ada korban jiwa dan kalaupun ada korban luka, (di lokasi longsor dan rumah ambruk) ada satu (pemilik rumah mengalami luka) itu sudah ditangani dengan baik. Alhamdulillah sudah baik-baik saja, saya tengok tadi (di tempat relokasi sementara),” ujarnya.

Setelah memastikan kondisi warga yang terkena bencana ditangani dengan baik, Hery Antasari menyalurkan bantuan berupa paket sembako dan juga uang tunai untuk membantu meringankan apa yang dialami korban bencana.

Sementara itu, di lokasi TPT Longsor di sisi aliran Sungai Cisadane, Jalan Raya Cilebut, Kelurahan Sukaresmi, Hery Antasari melakukan inspeksi terhadap peristiwa bencana yang berdampak pada menyempitnya akses mobilitas kendaraan di Jalan Raya Cilebut, yang menyebabkan kendaraan dari arah Jalan Sholeh Iskandar, Kota Bogor menuju Stasiun Cilebut, Kabupaten Bogor harus bergantian.

“Ini akses dua daerah yang sangat krusial, sehingga ada potensi bila tidak ditangani segera maka ini akan menjadi bencana lanjutan, akan semakin tergerus badan jalan, yang dikhawatirkan lama-lama jalur ini putus,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi longsor susulan, BPBD Kota Bogor sudah memasang terpal untuk menghalau air hujan agar tidak langsung mengenai tebing.

Penanganan tanggap darurat juga dilakukan dengan membersihkan puing di lokasi agar tidak menyumbat aliran air sungai Cisadane.

Selanjutnya, dalam upaya penanganan secara permanen, Pemkot akan mengirimkan surat kepada pihak Provinsi Jawa Barat. Sebab, akses jalan dan TPT berada dibawah kewenangan Provinsi Jawa Barat.

“Iya, jadi kami akan berkirim surat ke untuk penanganan bersamanya ini seperti apa,” katanya.

Peristiwa bencana alam di Kota Bogor lanjut Hery, terjadi di beberapa titik di Kota Bogor. Ia pun menegaskan dalam melakukan antisipasi ataupun penanganan Pemkot Bogor hadir di tengah masyarakat.

Ia mengapresiasi peran dari wilayah, BPBD, PUPR serta berbagai dinas teknis lainnya. Namun pihaknya menyadari dalam melakukan penanganan dan penanggulangan untuk jangka panjang perlu dilakukan pembahasan dan koordinasi lebih lanjut, karena hal teknis dan kewenangan yang perlu dikoordinasikan.

Seperti halnya penanganan warga terkena bencana atau warga di lokasi rawan bencana dengan dilakukan relokasi ke tempat permanen, Hery Antasari mengatakan bahwa itu tidak bisa dilihat satu persatu, namun lebih dari itu perlu perencanaan secara menyeluruh untuk penataan yang lebih besar.

“Kalau jangka panjang tentu kita terus berupaya menghimbau masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan dan membangun di bantaran sungai. Yang sudah okelah sudah, nanti coba kita cari solusi. Tapi untuk ke depan kalau bisa kita tidak lagi (tinggal dan mendirikan bangunan) di bantaran sungai karena berisiko. Itu saya kira yang terbaik untuk jangka panjang dan jangka menengah,” katanya.

Pada musim penghujan di tengah cuaca yang tak menentu ini pihaknya sudah menyampaikan kepada RT/RW untuk selalu waspada, serta bekerjasama dengan kewilayahan dan BPBD mengenai informasi apabila terindikasi air sungai meninggi.

“Jadi ketika di hulu sudah hujan, itu harus mulai ada imbauan kepada masyarakat di bantaran untuk waspada. Antisipasi. Jadi siskamlingnya tidak hanya tengah malam, tapi siskamling siang untuk mengingatkan kalau cuaca seperti ini misal di hulunya sudah mulai hujan, ada berita di berbagai saluran. Berarti wilayah bantaran sungai harus lebih waspada, jangan sampai meninggalkan orangtua sendiri di rumah, dan sebagainya,” katanya.

Kalak BPBD Kota Bogor, Hidayatulloh mengatakan, bencana yang terjadi di Kota Bogor pada sepekan terakhir cukup banyak.

“ini luar biasa, malam minggu (4/5) saja ada 16 kejadian pasca hujan disertai angin yang menyebabkan rumah ambruk dan pohon tumbang,” katanya.

Ia pun memastikan bencana yang terjadi di Kota Bogor dilakukan asesment dan penanganan, seperti halnya pertolongan dan penanganan terhadap korban longsor yang menyebabkan rumah ambruk di wilayah Kelurahan Bondongan.

“Itu dilakukan oleh BPBD berkolaborasi dan sinergi dengan SAR gabungan, termasuk bersama warga. Kita juga menjalankan arahan dan memberikan pesan kepada warga dari pak Pj untuk aktivasi pengurus wilayah, aparat wilayah, untuk terus mengedukasi, sosialisasi warga yang tinggal di titik rawan bencana untuk secara sukarela melakukan evakuasi diri sebelum terjadi bencana dikala siap siaga dan selalu waspada bencana itu adalah hal utama,” ujarnya.

Sedangkan untuk melakukan koordinasi penanganan bersama TPT longsor di Kelurahan Sukaresmi, PUPR akan segera melayangkan surat kepada Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat.

“Jadi arahan bapak (Pj Wali Kota Bogor) kita tetap komunikasikan dan bersurat kepada provinsi pak Pj minta dianggarkan di BTT (bantuan tidak terduga) mereka (Provinsi Jawa Barat). Karena di Sungai Cisadane wilayah Kota Bogor, (Jalan Raya Cilebut) ada tiga (lokasi longsor) di titik sebelum ini, itu akan ditangani oleh provinsi dan saat ini sedang dalam lelang, mudah-mudahan Mei-Juni ini beres lelangnya, kemudian bisa ditangani segera. Dan untuk yang ini (longsor yang ditinjau oleh Pj Wali Kota) kita coba ajukan ke BTT provinsi,” ucapnya.

Namun, sambil proses pengiriman surat, pihaknya bersama BPBD dan SDA Provinsi Jawa Barat melakukan tanggap darurat dengan membongkar bongkahan TPT yang berada di aliran sungai. Hal itu dilakukan agar tidak ada tekanan air terhadap tebing yang tergerus longsor.

“Kita cari cara untuk menghancurkan batu, bongkahan material di tengah sungai itu bekas turap. Itu kan kalau tidak dihancurkan akan menghalangi aliran sungai dan aliran sungainya bisa ke mana mana, bisa menggerus sisi tebing juga. Makanya harus dibersihkan,” katanya.