INILAHONLINE.COM, JEPARA
Basuki Sujito seorang Pendeta Gereja Injili Tanah Jawi (GITJ) Karanggondang, Bangsri, Jepara, Jawa Tengah. Dia juga dikenal sebagai Dalang Wayang Wahyu, Wayang Purwo/Kulit dan Wayang Kancil. Didepan namanya, selain ditulis titel “Pdt” (Pendeta), juga sering dipakai gelar kehormatan budaya Jawa yaitu “Ki”.
Pada hari Minggu, dia berkotbah di gereja megah yang letaknya disamping rumahnya. Mengurai isi Kitab Suci “Bibel” dan segala maknanya, pada para umat yang hadir. Sesuai dengan nama GITJ, maka uraian kotbah itu kerap dalam Bahasa Jawa Krama atau Madya. Namun pada kebaktian jam berikutnya, digunakan Bahasa Nasional Indonesia.
Tentang kewasisannya mendalang, didapatnya setelah dia kursus atau sekolah Seni Pedalangan “Habiranda” Kraton Yogyakarta 1997-2000. Lulus dan diwisudha dengan”Kekancingan” (ijasah kraton). Sedangkan pentahbisannya sebagai pendeta, pada tahun 2003.
Kegiatan Pdt.Ki.Basuki Sujito padat. Selain tugas sebagai “penggembala umat” (pendeta), jadi dalang yang dibulan-bulan Jawa baik (Besar) bisa tiap hari pagelaran, juga “bergumul” dengan pembaharuan Agama Kristen GITJ. Tugas terakhir dengan Tim Nasional Lembaga Alkitab Indonesia, merevisi Kitab Suci Bibel Bahasa Jawa “Perjanjian Lama”.
Tentang Seni Pedalangan, Ki Basuki Sujito ketika membawakan “Wayang Wahyu”, berkisah tentang isi Alkitab. Sekaligus menguraikannya menurut makna Firman Tuhan. Beberapa lakon atau cerita kerap dipentaskannya. Misalnya, “Lakon Sang Messias” (Tuhan Yesus), “Banjaran (Nabi) Daud”, “Banjaran (Nabi) Yusuf” dan lain-lain.
Menurut Pendeta ini, pagelaran wayang jenis apapun, merupakan perwujudan dari budaya kita sebagai bangsa Indonesia. Lakon-lakon atau cerita-cedrita yang digelar dsiatas pakeliran, sarat mengandung pesan moral pada mereka yang menontonnya/mendengarnya. Itulah missi khusus dari dunia pewayangan kita, tuturnya menutup pembicaraan
(Heru Christiyono Amari)
Komentar