INILAHONLINE.COM, SEMARANG
Komplek lokalisasi Argorejo Kota Semarang yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kuning, secara resmi ditutup dan akan dijadikan kampung tematik religi Sunan Kuning oleh pemerintah Kota Semarang.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi saat memberikan bantuan sosial dan penutupan lokalisasi Sunan Kuning mengatakan lokalisasi ini resmi ditutup dan ke depan akan dirubah menjadi kampung tematik.
Acara penutupan Sunan Kuning juga dihadiri Ketua DPRD Kota Semarang Kadarlusman, Kapolsek Semarang Barat AKP Iman, anggota DPRD Rahmulyo Adiwibowo dan pejabat lainnya, Jumat (18/10/2019).
Kepada semua WPS, pihaknya meminta harus bisa merubah mindset bahwa bekerja sebagai WPS itu, menghasilkan karena pendapatannya besar. Meski pendapatan besar apakah akan bekerja selama hidup seperti itu, dengan jelas dilarang oleh Agama.
“Merubah habit yang selama ini sudah merasa nyaman, gampang mencari sesuatu, penghasilan sesuai yang diharapkan meski dengan jalan yang tidak halal merupakan sesuatu yang sangat sulit. Tapi itu harus dilakukan untuk menjadi insan yang lebih baik,” ujar Hendi panggilan akrab Hendrar Prihadi itu.
Menurutnya, menjadi WPS meski pendapatannya besar tapi secara agama tidak diperbolehkan, sacara ketentuan alam juga keliru dan secara aturan di Indonesia juga tidak diperkenankan.
“Dengan demikian, saat ada edaran dari Kementerian sosial mengharuskan paling lama 2019, prostitusi harus hilang dari Indonesia, saya mohon maaf kepada semuanya, sedulur-sedulur di Argorejo inilah saatnya segera insaf, hijrah, menutup Argorejo dan mengantarkan mbak-mbak (WPS) semua kekehidupan yang lebih baik dan lebih nyata,” tuturnya.
Dia memrerintahkan Kasat Pol PP, Kadinsos, Sekda harus terus koordinasi dengan warga di Argorejo terutama Pak Suwandi, upayakan mereka yang sudah dipulangkan itu benar-benar bermanfaat di lingkungannya masing-masing, bisa bekerja sesuai harapan.
“Sitik-sitik neng lumintu luwih apik daripada gede ning ora halal. Jadi saat ini moment yang tepat untuk merubah mindset tersebut, bareng-bareng ya Pak Kasat Pol, tata kondisi sedemikian rupa terutama ciptakan kondusifitas dan hilangkan prostitusi dari wilayah Argorejo Semarang ini,” ujar Hendi.
Sementara itu, untuk lokasi tempat hiburan karaoke, Hendi mempersilahkan tetap beroperasi dengan catatan para pemilik harus mengurus perijinan dan tidak ada prostitusi. Namun ada hal yang lebih utama daripada sekedar pertemuan, tapi apa yang akan dilakukan selanjutnya.
“Untuk para WPS saya titip pesan, yang tinggal diluar kota segera pulang, kalau orang tuanya masih hidup segera sungkem, meminta maaf sama bapak dan ibu, kalau sudah meninggal datanglah ke makamnya, meminta maaf. Setelah itu lakukan upaya untuk mencari pekerjaan yang lebih baik,” tuturnya.
Bagi mereka yang tinggal di Kota Semarang, lakukan hal yang sama. Upayakan bekerja yang lebih baik dan halal. Tapi kalau sudah berusaha dan masih gagal, pihaknya siap memfasilitasi.
Sementara untuk mendukung jadi kampung tematik religi Sunan Kuning, Pemkot Semarang telah melakukan publik hearing dengan ormas keagamaan yang salah satunya pada 2020-2021 akan difokuskan pada optimalisasi kampung religi Sunan Kuning.
“Mengingat lahan yang berada di atas ada makam salah satu penyebar agama Islam bernama “Sun An Ing”. Makam ini nanti akan kita percantik, dengan hadirnya kampung tematik religi dan diharapkan usaha-usaha yang tadinya mensupport kegiatan-kegiatan prostitusi, akan tetap berjalan tapi mensupport kegiatan pariwisata,” ujarnya.
Kepala Resos Argorejo Suwandi menuturkan terima kasih kepada Pemkot Semarang dan pihaknya mendukung prostitusi di Indonesia harus dihilangkan.
“Ini sudah waktunya untuk lokalisasi hilang di Indenesia dan saya terima kasih kepada Pemkot Semarang atas kepedulian terhadap WPS dalam rangka menyambung hidup,” tuturnya.
(Suparman)