INILAHONLINE.COM, BABAKAN MADANG – Babakan Madang, tak hanya strategis, tapi 114 ribu warga yang tinggal di bagian Timur Kabupaten Bogor itu amat heterogen, secara demografis bak miniatur Indonesia Raya, dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, problem penyakit di sana juga heterogen, sehingga jadi laboratorium yang bagus. FKM UI memilih Kecamatan Babakan Madang sebagai tempat PBL (Praktik Belajar Lapangan) sekaligus embrio KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang pernah terwujud di masa silam, melibatkan multidisiplin ilmu dari strata satu, dua, hingga tiga, dengan menciptakan the big data terkait pensejahteraan warga setempat.
Siang hari, Kamis (12/7/2018) Aula Kecamatan Babakan Madang tak hanya dipadati 253 mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), tapi juga ‘mengu dining’ lantaran para agen perubahan itu serempak mengenakan jaket almamater Universitas Indonesia (UI), setelah Camat Babakan Madang, Yudi Santosa, SSos kepada Aji, didampingi Wakil Dekan FKM UI, Dr Sabarinah Prasetyo, MD, MSc, dan Dosen Pembimbing, Dr Tris Eryando, MA.
Disaksikan para kepala desa, Babinsa, Babinkamtibmas, Satpol PP, KUA, Staf Bappeda Litbang Kabupaten Bogor, dan para orangtua, para mahasiswa itu dilepas ke sepuluh RT di sembilan desa: Bojong Koneng, Karang Tengah, Cijayanti, Sumur Batu, Babakan Madang, Ciparinggul, Kadumangu, Sentul, dan Cipangguan. Mereka beradaptasi dan berkomunikasi dengan warga yang dikenal berkarakter agak keras layaknya penduduk perkebunan, selama satu bulan sejak dilepas Kamis, 12 Juli 2018 paska Pilkada serentak 2018 dan jelang Pilleg-Pilpres 2019.
“Kami fokus menjadikan warga Babakan Madang awalnya sebagai obyek untuk menggali potensi mereka, selanjutnya menjadikan mereka subyek untuk mandiri hidup sehat dan sejahtera. Tahap ini sudah kami praktikkan lewat angkatan pertama tahun lalu, dan tahun ini dilanjutkan oleh 253 angkatan kedua. Seterusnya, kami akan konsisten mengirim mahasiswa ke Babakan Madang sampai tercipta the big data terkait tingkat kesejahteraan warga dari sektor kesehatan masyarakat dan berujung pada indeks pembangunan kesehatan secara nasional,” ungkap Sabarinah kepada wartawan, seusai acara pelepasan mahasiswa tersebut, kemarin.
Ia sangat apresiatif kepada Camat dan Bappeda Litbang Kabupaten Bogor, yang sangat dinamis bekerjasama, sehingga menjadikan program Tridharma Perguruan Tinggi tak lagi berada di Menara Gading, tapi benar-benar aplikatif dan bisa diserap dalam Musrenbang Agustus atau September 2018, yang di kawasan Babakan Madang tiap desa tersedia dana berkisar antara Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar.
Problem yang masih mewarnai kehidupan warga Babakan Madang itu, seperti disampaikan Camat Yudi yang juga Ketua Taek Won Do Kabupaten Bogor, di antaranya kurang gizi, hydrocephallus, penyakit kulit, jajanan sehat, makanan mengandung formalin, boraks, rodhamin, ayam tiren, limbah industri beracun dan berbahaya, serta penanganan sampah dijadikan aset warga.
“Tentu, untuk menjadikan warga sehat secara mandiri, berubah pola pikir dan pola hidupnya itu tak semudah membalikkan telapak tangan, butuh waktu dan kejelian mengajak mereka hidup sehat, dengan pendekatan personal dan kelompok,” tambah Tris, yang terus berusaha memantau aktivitas pengabdian masyarakat dan penelitian sebagai bagian dari Tri Dharma perguruan tinggi itu.
Yang terpenting, bagi FKM UI, setelah sekian lama berkoordinasi dengan petinggi di Kabupaten Bogor, termasuk Camat dan Bappeda Litbang, kawasan Babakan Madang sangat strategis dijadikan laboratorium penelitian dan pengabdian masyarakat, bukan semata-mata karena di sana jadi tempat tinggal Prabowo Subianto, bakal Capres RI 2019, mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, Tommy Winata (konglomerat), dan para jenderal serta warga the have yang menempati 70 persen wilayah ini, namun 30 persen wilayah yang ditempati oleh beragam suku, dari Papua sampai Aceh, dan dari kalangan berpendidikan rendah.
“Etalase Babakan Madang boleh indah, bertabur bintang, ada Bellanova, SICC yang baru ditempat penyanyi top dunia, Cellin Dion, ada Sirkuit, Jungle Land, wisata alam, kuliner, olahraga, LRT, tapi di dalamnya masih ada kawasan tak ada signal HP, di Bojong Koneng, tapi ke atas dikit ada rumah Pak Prabowo, ada wifinya, makanya nanti mahasiswa bisa mampir ke sana. Selain itu, di musim kemarau ini, ada desa yang kekurangan air bersih, airnya tak cuma sulit diminum, tapi tak ada buat mandi. Jadi, siap-siap saja mahasiswi nggak mandi. Itulah situasi, di mana warga butuh inovasi dari mahasiswa, tak hanya di bidang kesehatan, tapi juga infrastruktur desa,” harap Camat Yudi. (Cheyne Amandha Miranda)
Komentar