Kota Bogor Deklarasikan Gerakan Bersama Si Jumo dan Jamila

Berita, Megapolitan372 Dilihat

INILAHONLINE.COM, BOGOR – Kota Bogor telah mendeklarasikan Gerakan Bersama Literasi Stunting dan Imunisasi, Jumantik Cegah DBD serta Pengawasan Menelan Obat untuk Penanggulangan TBC (Geber Si Jumo) dan Jaga Ibu Hamil serta Lingkungan Bersih dan Sehat (Jamilah) bersama Dinas Kesehatan (Dinkes Kota) Kota Bogor, Rabu (22/5/2024)

Geber Si Jumo dan Jamilah ini dicanangkan dan dideklarasikan melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dilakukan di SMP Negeri 11 Kota Bogor yang dihadiri oleh perwakilan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, Irwan Riyanto, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno, Camat Bogor Tengah, Teofilo Patrocinio Freitas, dan aparatur wilayah Kelurahan Sempur.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah, memimpin acara deklarasi Geber dan Jamila ini mengatakan, pihaknya bersyukur, bahwa Kota Bogor bersyukur bisa melakukan pencegahan atau meminimalisir penyakit. “Hari ini Kota Bogor bersyukur bisa deklarasi dan mudah-mudahan bisa kita eliminir TBC, stunting, dan DBD,” kata Sekda.

Sekda Kota Bogor Syarifah yang didampingi Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno juga menjelaskan, bahwa gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi kesehatan dan eliminasi Stunting, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Tuberkulosis (TBC). “Kita juga menekankan pentingnya imunisasi bagi anak-anak agar daya tahan tubuh mereka kuat, karena ketiga penyakit tersebut tergantung dari ketahanan tubuh,” tandasnya.

Lebih lanjut Syarifah mengatakan, salah satu cara yang dilakukan adalah menjaga lingkungan sekolah tetap bersih. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), petugas di sekolah, guru, dan siswa yang telah dilatih sebagai Jumantik bersama-sama membersihkan lingkungan dan memastikan tidak ada air yang tergenang di sekolah agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk penyebar virus DBD, terutama di pagi dan sore hari.

“Kita juga harus ingat dan waspada, kasus DBD di Jawa Barat, termasuk Kota Bogor, angkanya cukup tinggi, dan tidak hanya orang dewasa yang terkena DBD dan TBC, tetapi juga anak-anak, yang beberapa di antaranya meninggal dunia,” ujar Syarifah.

Bersama para siswa-siswi SMPN 11 Kota Bogor, Sekda Kota Bogor Syarifah Sofiah deklariskan Geber Si Jumo dan Jamila. (Foto : Istimewa)

Menurutnya, data triwulan pertama tahun 2024, Syarifah membeberkan , bahwa Kota Bogor mencatat 2.138 kasus DBD dengan 14 kematian. Untuk TBC, terdapat 3.100 kasus dengan 546 di antaranya diderita anak-anak, 312 meninggal, dan 4.646 sembuh, dengan evaluasi dalam 6 bulan sehingga sebagian pengobatan masih berproses dan terus dimonitor.

Sebagai perbandingan, pada tahun 2023, tercatat 1.474 kasus DBD dengan 9 kematian. Untuk TBC, terdapat 9.194 kasus, 1.707 di antaranya diderita anak-anak, dengan 5.968 sembuh dan 271 meninggal. Angka stunting juga menurun, dari sekitar 2.100 menjadi 1.700 kasus.

“Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) awalnya 18,7 persen menjadi 18,2 persen, sedangkan target nasional ada di angka 14 persen,” imbuhnya.

Syarifah juga menandaskan, untuk mengatasi DBD, telah dibentuk tim-tim untuk melakukan fogging. Sedangkan untuk stunting, upaya pengurangan dilakukan dengan mengidentifikasi keluarga-keluarga berisiko stunting, termasuk ibu hamil dan wanita dengan anemia. Salah satu intervensinya adalah pemberian tablet penambah darah dan kegiatan lain yang bisa mengurangi risiko stunting.

Peningkatan kasus TBC, menurut Syarifah, disebabkan oleh upaya aktif dan intensif Kota Bogor dalam menemukan penderita TBC. “Setelah ditemukan, upaya yang harus dilakukan adalah memantau pasien mengkonsumsi obat, karena penderita TBC dapat sembuh jika mengkonsumsi obat secara terus menerus selama enam bulan,” kata Syarifah

Pendataan dan pengobatan penderita TBC terus dipantau. Selanjutnya, pemantauan juga dilakukan terhadap kontak erat penderita, seperti metode penanganan Covid-19, untuk memastikan penguatan dan pengobatan juga diterima oleh mereka. Untuk obat-obatan TBC, Kota Bogor mendapat bantuan dari pemerintah pusat.

“Pengobatan akan efektif jika didukung dengan aktivitas seperti gerakan menyeluruh, pengamatan menyeluruh, dan peningkatan kesadaran literasi. Semua upaya harus terus menerus dilakukan, karena manusia ada lupanya. Untuk itu harus terus diingatkan,” pungkasnya. (PH)