INILAHONLINE.COM, JAKARTA– Bukan berasal dari keluarga militer dan juga tak pernah berangan-angan terjun ke dunia militer, siapa sangka masa depan jenderal bintang tiga Laksamana Madya (Laksdya) TNI T.S.N.B Hutabarat kini berlabuh di Dewan Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Wantannas RI)
Bercita-cita menjadi arsitektur di masa belianya, garis hidup justru membawa Laksdya Hutabarat menjadi Sekretaris Jenderal (Sesjen) Wantanas sekarang ini.
Sebagai satu-satunya anak laki-laki dari empat bersaudara, rasa bangga dan harga diri untuk tampil berbeda dibanding saudaranya yg kuliah dengan biaya orang tua, maka dirinya lalu mendaftar sebagai Taruna Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI), setelah menamatkan SMA di Jakarta, kota kelahirannya. Dari sinilah awal karir militer Hutabarat dimulai.
Rupanya, Tentara Nasional Angkatan Laut (TNI-AL) bukanlah pilihan utama Hutabarat, saat mengikuti tes AKABRI. Justru dari ketidakpahamannya tentang militer menghantarkan dia pada karir cemerlang di AL sekarang ini.
Dalam wawancara khusus dengan Netralnews di Kantor Wantannas RI, Jakarta, Selasa (26/11/2024), Laksdya Hutabarat yang lebih dikenal dengan panggilan Coky ini menceritakan, saat tes masuk AKABRI ia diminta untuk memilih matra pilihannya. Karena tidak paham, ia memilih semua matra ABRI termasuk Kepolisian.
Ternyata dari hasil tes masuk tersebut, ia dinilai secara fisik maupun psikologis layak masuk AL. Sejak itulah ia mulai menjalani pendidikan kemiliteran dan menjadi Taruna AL di Surabaya.
“Kalau kita kembali ke masa itu, jujur orang masuk TNI itu inginnya angkatan darat, secara umum ya. Waktu itu saya ditanyakan mau penempatan di mana, ya karena tidak paham saya isi semuanya baik itu AD, AL, AU dan Kepolisian. Lalu waktu saya dipanggiil katanya psikotes saya lebih ke AL, akhirnya saya tanda tangan,” ujarnya.
Meskipun dirinya tidak dibentuk dari keluarga militer, rupanya karakter disiplin yang kuat sudah melekat pada diri Hutabarat. Disiplin inilah yang ia terapkan dalam kehidupan pribadi maupun pekerjaannya sebagai abdi negara.
Menurutnya, disiplin seharusnya menjadi bagian dalam kehidupan kita. Setiap orang harus punya disiplin apapun profesinya. Karakter inilah yang dia harapkan juga bisa diterapkan oleh para ASN di Wantanas RI.
Berkat kedisiplinannya yang tinggi, Hutabarat terus menanjak dalam karir. Hutabarat merupakan Pati TNI AL yang cukup cemerlang dan berprestasi. Dia memiliki rekam jejak yang sangat bagus selama mengabdi di militer.
Sejumlah jabatan strategis pernah diemban lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) 1989 dari satuan Korps Pelaut ini. Diantaranya, Komandan KRI Siribua, kemudian Palaksa KRI Sultan Thaha Syaifudin-367, dan Komandan Teluk Cirebon-543. Dia juga pernah menjabat sebagai Komandan KRI Karel Satsuit Tubun-356.
Setelah menjabat di berbagai komandan kapal perang, Hutabarat menduduki jabatan Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) di Bengkulu. Kemudian menjabat sebagai Asops Danlantamal III/Jakarta.
Dari Jakarta, dia dipercaya menduduki jabatan sebagai Padiklat pada proyek pengadaan KRI dr. Soeharso (SHS) di Korea Selatan (Korsel). Kemudian menjadi Asops Danguspurlabar dan Dankolat Koarmabar.
Dedikasi dan loyalitas Hutabarat saat menjalankan tugas membawanya masuk ke dalam lingkaran Istana. Hutabarat kemudian dipercaya menjadi Ajudan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama dua setengah tahun pada 2012-2014.
Karier militernya terus meningkat. Dia kemudian diangkat menjadi Komandan Gugus Tempur Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Danguspurlabar) sekarang bernama Koarmada I.
Saat menjabat sebagai Danguspurlabar, Hutabarat dipercaya menjadi komandan Satgas atau Commander Task Group (CTG) Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2016 yang dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo di Padang, Sumantra Barat.
Latihan multilateral yang mengangkat tema Maritime Peace Keeping Operation (MPKO) itu diikuti lebih dari 50 kapal perang dari 39 negara sahabat, diantaranya AS, Cina, Rusia, Jepang, Perancis dan Australia, adalah latihan angkatan laut berskala multilateral pertama di dunia yag dilaksanakan di Samudera Hindia.
Tak heran jika latihan laut non combatan yang juga dipadukan dengan kegiatan Fleet Review dan Western Pacific Naval Symposium (WPNS) tersebut dihadiri oleh 29 kepala staf Angkatan Laut dari berbagai belahan negara.
Dari Danguspurlabar, Hutabarat kemudian menjabat Wakil Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Wadanseskoal).
Dari sinilah, Hutabarat kemudian diangkat menjadi Kaskoarmada I kemudian Deputi Bidang Opslat Bakamla. Pada saat tersebut, dirinya menjadi salah satu tokoh pada peristiwa pengusiran kapal ikan asing yang memasuki wilayah Laut Natuna Utara. Selanjutnya dia dipercaya menjadi Koorsahli KSAL.
Tidak hanya itu, jabatan strategis lainnya yang pernah diemban Hutabarat adalah sebagai Pangkoarmada II yang bermarkas di Surabaya, Jawat Timur.
Saat menjabat sebagai PangkoarmaII, Laksda TNI Cokky dipercaya menjadi Satuan Tugas Laut (Satgasla) yang menjamin keamanan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi ( KTT) G20 dari sektor laut.
Sebanyak 14 kapal perang canggih memagari laut seperti perisai yang melindungi pantai Hotel Apurva Nusa Dua Bali, tempat para pemimpin negara dan organisasi dunia bertemu.
Bukan hanya kapal perang kelas Frigate dan Corvet dengan segala senjata dan peralatan canggihnya, tapi Kapal Latih Layar KRI Bima Suci juga melengkapi jajaran kapal yang menjadi perhatian para peserta G20.
Selepas memimpin Koarmada II, Hutabarat kemudian diangkat menjadi Deputi Bidang Pengkajian dan Penginderaan Setjen Wantannas sebelum akhirnya diangkat menjadi Sesjen Wantannas.
Dirinya dilantik mebjadi Sesjrn Wantannas R.I berdasarkan Keputusan Presiden R.I No. 16/TPA Tahun 2024 tanggal 8 Maret 2024. Adapun pelantikan dilakukan oleh Menkopolhukam Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto mewakili Presiden R.I selaku ketua Wantannas R.I.
Dalam bidang akademisi, Hutabarat juga merupakan perwira TNI AL yang sangat berprestasi dan banyak mengikuti pendidikan di dalam maupun luar negeri. Berbagai pendidikan militer dan umum pernah dilaluinya.
Pendidikan militer yang pernah dijalaninya antara lain Akademi Angkatan Laut (AAL) pada 1989, Dikspespa Arteleri, Diklapa II Koum Angkatan-13, Sekolah Staf dan Komando (Seskoal) dan Sekolah Staff dan Komando (Sesko) TNI pada 2012.
Dia juga pernah mengikuti pendidikan militer di luar negeri seperti Principal Warfare Officer Course, Royal Navy, Inggris. Kemudian Anti Submarine Warfare Course, Royal Navy, Australian Command and Staff Course. Termasuk Maritime Component Commander Course di Pearl Harbor Hawai.
Untuk pendidikan umum, ia meraih gelar Doktor bidang Strategik Manajemen dari Sekolah Bisnis IPB, dan Systemic Strategic Thinking Management and Planning Course, Naval Post Graduate School, Amerika Serikat. Selain itu, International Security Studies Course, G.C. Marshal CSS, Garmisch, Germany dan Lemhannas.
Ia meraih gelar Magister (S2) Maritime Studies, University of Wollongong, Australia. Termasuk lulusan S2 Strategi dan Kampanye Militer, Universitas Pertahanan (Unhan) Indonesia serta S1 Defense Studies, University of New South Wales, Australia.
Di sela sela padatnya aktivitas sebagai abdi negara, Hutabarat menyempatkan waktu untuk menyenangkan diri sendiri dengan melakukan sejumlah hobinya, seperti bertaman, berenang dan seni lukis.
Kadang dia tidak sungkan bergabung dengan para pelukis jalanan, salah satunya di Kota Tua. Dia mengajak mereka untuk ikut dalam berbagai pameran. (Piya Hadi)