INILAHONLINE.COM, WONOGIRI – Warga Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri ternyata lain dari daerah lainnya. Petani di sini tidak ada satupun yang mempermasalahkan pupuk bersubsidi karena pertaniannya sudah bergerak ke arah organik.
Hal itu tercermin pada acara Ngopi Bareng Ganjar di Desa Kedungombo, Baturetno, Rabu (21/3/2018) malam. Tidak ada satupun warga atau petani yang mengeluhkan kelangkaan pupuk, apalagi kartu tani. Warga justru menganggap penerapan kartu tani sudah benar karena menutup peluang penyelundupan pupuk bersubsidi.
Beberapa persoalan yang disampaikan pada acara yang bertempat di halaman rumah Edi Waluyo itu, yakni soal terbatasnya mesin penggilingan padi (ricemill), pemasaran beras organik, kredit lunak, dan pengairan.
Seperti yang disampaikan Siswarini, pimpinan Kelompok Wanita Tani Desa Beji. Ia menuturkan, anggota kelompoknya berjumlah 154 petani. Delapan puluh persen diantaranya sudah beralih ke pertanian organik.
“Pupuk bisa kami buat sendiri meski masih butuh pupuk kimia sedikit-sedikit. Justru masalah kami adalah ricemill, bapak,” katanya.
Selain itu pihaknya membutuhkan pelatihan pemasaran produk dan mesin pengolah produk pertanian. Misalnya untuk pembuatan dodol dan keripik. “Kami punya produk unggulan buah naga, tapi kendala dalam pengolahan,” ujarnya.
Sagiman, pengurus pengairan pertanian menyampaikan pentingnya perbaikan saluran dan tanggul.
“Tanggul Balong dibuat tahun 1921 belum pernah diperbaiki, saluran juga penuh sedimentasi,” tuturnya.
Ganjar menyatakan salut pada warga desa yang berani beralih ke organik. Ia yakin pertanian organik mampu membuat desa menjadi berdikari alias tidak bergantung pada pihak lain, termasuk pemerintah.
“Pupuk bikin sendiri, pakan sapi bikin sendiri. Kalau yang lain geger pupuk subsidi, di sini tenang-tenang saja,” kata calon gubernur Jateng nomor urut satu itu.
Untuk masalah mesin pengolah makanan, dan pengairan, Politikus PDIP itu berjanji akan mengkaji satu persatu. Sedangkan masalah pemasaran produk pertanian organik, Ganjar mengatakan petani bisa belajar menjual secara online.
Salah satunya melalui aplikasi regopantes.com yang dimiliki Pemprov Jateng. Dengan menjual online, petani bisa mendapatkan keuntungan lebih banyak karena bisa langsung menjual kepada konsumen.
“Ada petani muda di Magelang namanya Tunov, anak ini menjual lombok, brambang, langsung ke Jakarta, untungnya berlipat-lipat. Maka saya minta anak-anak muda di sini belajar online agar membantu bapak ibunya yang petani,” kata suami Siti Atikoh itu.
Saat ini Ganjar juga sedang melobi otoritas jasa keuangan (OJK) agar memberi kelonggaran dalam penerapan kredit untuk petani, peternak, dan nelayan.
“Bagaimana bisa kredit yarnen, bayar pas panen. Jadi kredit petani bisa angsuran enam bulanan ketika panen,” katanya.
Usai acara, Ganjar masih berbincang dengan beberapa warga dan tuan rumah. Malam ini ia menginap di rumah Edi Waluyo. (Suparman)