Pemerintah Kota Bogor terus mendorong terpenuhinya beragam pelayanan publik. Satu lagi yang baru saja diluncurkan adalah Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT). Program ini diluncurkan Wali Kota Bogor, Bima Arya, di UPTD IPAL Tegal Gundil, Bogor Utara, Selasa lalu. Bentuk layanan ini adalah penyedotan lumpur tinja dari septic tank rumah warga oleh UPTD IPAL Kota Bogor yang dilakukan secara terjadwal.
Untuk mendukung pelayanan tersebut, saat ini UPTD IPAL PUPR Kota Bogor telah dilengkapi 5 unit mesin penyedot lumpur tinja dengan kapasitas 2 sampai 3 kubik. Pelayanan juga mampu menyentuh kawasan pemukiman yang tergolong cukup padat, karena tersedia dua unit motor tangki dengan kapasitas 0,4 kubik. Dengan adanya layanan ini, diharapkan mutu lingkungan di Kota Bogor akan lebih terpelihara, karena pencemaran limbah cair tinja bisa lebih dikurangi.
Mutu lingkungan yang terpelihara, dapat berpengaruh positif pada banyak aspek kehidupan masyarakat. Diantaranya, mutu air tanah bisa lebih terjaga. Kondisi itu menguntungkan ketika banyak warga, masih tergantung pada sumber air di sekitar tempat tinggalnya untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Ketersediaan air bersih tentu dapat membantu terpeliharanya kondisi kesehatan masyarakat.
Pemerintah Kota Bogor sudah memulai program layanan ini sejak tahun 1996 melalui proyek P3KT. Selanjutnya di tahun 2007 hingga 2020 program ini dikembangkan dan seluruhnya didanai APBD dan APBN. Dalam pengembangan inilah, ikut serta USAID Indonesia melalui program Urban Water Sanitation and Hygiene Penyehatan Lingkungan Untuk Semua (IUWASH PLUS).
“Keikutsertaan kami adalah melakukan pendampingan di sektor layanan air bersih, layanan sanitasi yang aman dan perilaku hidup bersih dan sehat,” jelas Wouter Sahanaya, Regional Manager dan Tim IUWASH PLUS Jawa Barat, DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Juga memfasilitasi Pemerintah Kota Bogor dalam pembentukan kebijakan-kebijakan terkait sanitasi, air dan pengarusutamaan gender dalam setiap kegiatan dan pembentukan perjanjian kerjasama lintas regional di bidang konservasi air.
Pendampingan yang diberikan kepada warga masyarakat, pada dasarnya bertujuan untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola limbah tinja. Selain diingatkan untuk tidak lagi membuang limbah itu ke aliran sungai, masyarakat juga didorong untuk bisa menyediakan septic tank yang aman di rumahnya masing-masing atau secara komunal. Keberadaan lumpur di dalam septic tank itulah yang melalui program LLTT dapat ditangani lebih baik.
Adanya aspek mengubah kebiasaan masyarakat, membuat program LLTT memiliki dimensi kultural. Jadi sebagaimana yang dikatakan Bima Arya pada saat peluncurannya, “Saya melihat bahwa ikhtiar ini bukan sekedar membangun infrastruktur dengan sistem teknologinya tetapi juga harus diiringi, bagaimana ikhtiar kita bisa bersama membangun edukasi berkesinambungan terkait kebiasaan warga untuk melengkapi inovasi fisik dan aplikasinya.”
Menurut Bima, membangun kebiasaan dan membangun kultur adalah perjuangan semua pihak selain membangun infrastruktur. Pada akhirnya ikhtiar yang dilakukan diharapkan bukan hanya sebatas soal kesehatan dan kualitas hidup tetapi juga kesejahteraan. “Jika sistem yang ada sudah berjalan dan kebiasaan sudah diubah maka akan memberikan dampak bagi kesejahteraan melalui PAD, baik secara tidak langsung atau secara langsung,” lanjutnya.
Bima juga menilai, program LLTT cocok dengan semangat Kota Bogor yakni Smart City. Kedepan infrastruktur yang ada, secara bertahap akan terus dibangun dan disempurnakan, berikut bentuk dan teknis pelayanannya. Oleh karena itu Bima mengingatkan perangkat daerah terkait, untuk terus mengawal pelaksanaan pelayanan ini, sehingga diharapkan tidak tersendat atau terhenti karena faktor teknis.
Chief Party USAID IUWASH Plus, Bill Parente turut berharap, peluncuran ini menjadi promosi kepada semua pihak bahwa LLTT harus dilakukan untuk menjaga tidak terjadinya pencemaran air tanah, mewujudkan derajat kesehatan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. “Masyarakat harus mengerti pentingnya sedot tinja secara terjadwal untuk menjaga kesehatan lingkungan bersama,” katanya.
Sementara itu, Direktur Sanitasi, Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR, Prasetyo mengingatkan, “Salah satu kunci utama dari penyelenggaraan air limbah domestik adalah kualitas pelayanan. Keberadaan tata kelola pelayanan yang baik dan profesional untuk pengelolaan yang terpusat maupun setempat menjadi mutlak diperlukan.” Lebih lanjut ia mengatakan, “Tidak sekedar infrastruktur semata tapi juga bagaimana menjamin Infrastruktur yang sudah terbangun dapat dimanfaatkan dengan optimal sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat serta memenuhi kualitas pengolahan yang dipersyaratkan sehingga air limbah domestik yang diolah sudah aman untuk dibuang kembali ke lingkungan.”
Kepala Dinas PUPR Kota Bogor, Chusnul Rozaqi mengungkapkan, LLTT di Kota Bogor merupakan program kedua yang diluncurkan di Indonesia kerjasama dengan USAID IUWASH. Intervensinya sudah dilakukan 129 lokasi yang bersifat komunal maupun individual. Setelah menerapkan dan mengembangkannya pada skala wilayah dan kawasan, ke depan program ini akan dikembangkan untuk skala kota. Semoga dapat diwujudkan dan ikhtiar itu tetap perlu dukungan dari masyarakat. (Advertorial)