INILAHONLINE.COM, BOGOR – Fenomena El Nino yang tengah melanda Indonesia berdampak pada minimnya curah hujan di Kota Bogor. Kondisi ini pun berimbas pada menurunnya air tanah, atau mata air, baik milik warga maupun milik Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Pakuan.
Lantas apa upaya Pemkot Bogor agar ketersediaan air bersih tetap mengalir?
Kesulitan air bersih mulai terasa di beberapa titik di Kota Bogor. Seperti halnya 680 warga Kampung Munjul, RW 06, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor sudah mengalami krisis air bersih.
Terbaru, warga Kampung Muara RT 002/010, Kelurahan Sindangrasa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, yang mengalaminya.
Sebanyak 20 kepala keluarga (KK) dengan total 60 jiwa melaporkan dampak kemarau tersebut ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor.
Tercatat, BPBD Kota Bogor sudah menerima laporan sebanyak 680 warga dari 210 KK yang berada di dua RT itu melaporkan kekeringan. Begitu juga dengan 20 KK yang terdampak kekeringan di Muara Sari, Kelurahan Sindangrasa Kecamatan Bogor Timur. Sehingga BPBD Kota Bogor langsung mengirim air bersih, pada Jumat (25/8/2023) lalu.
“Penyaluran air bersih sudah kami lakukan sejak pukul 09.25 WIB,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Bogor, Teofilo Patrocinio Freitas.
Menurut pria yang akrab disapa Theo itu, kekeringan terjadi akibat cuaca saat ini memasuki musim kemarau. Sehingga Sumur mulai mengering dan warga mulai kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
“Kejadian ini menyebabkan sumur yang digunakan oleh warga sekitar sebagai sumber air sehari-hari warga menjadi kering, sehingga warga sekitar mulai kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih setiap harinya,” ucapnya.
Theo juga mengatakan, adapun rincian dari 680 warga terdampak kekeringan, di antaranya di RT 04/06 ada sebanyak 120 KK, dengan total 395 jiwa. Lalu, di RT 05/06 ada sebanyak 90 KK dengan 285 Jiwa.
“Assessment dan pendistribusian air bersih sebanyak 5.000 liter (1 ritase-red) kepada warga terdampak sudah selesai dilakukan oleh personil TRC-PB BPBD Kota Bogor di lokasi kejadian, kemudian kami sudah melakukan koordinasi dengan pihak kecamatan dan kelurahan setempat,” ungkapnya.
Di tempat terpisah, Direktur Teknik (Dirtek) Perumda Tirta Pakuan, Ardani Yusuf mengakui bila sejak pertengahan Agustus lalu pihaknya mencatat, ada beberapa lokasi atau sumber yang telah terjadi penurunan. Salah satunya mata air Kota Batu.
“Kapasitas air yang biasanya mencapai 60-70 liter per detik, saat ini turun 40-50 persen menjadi 35 liter per detik,” terang Ardani.
Menurutnya, hal itu pun direspon oleh berbagai pihak dengan sejumlah langkah antisipasi. Untuk menjaga kestabilan air baku, Perumda Tirta Pakuan melakukan pengurasan-pengurasan pada Intake maupun Bendung yang dimiliki, untuk menjaga air yang masuk sesuai kebutuhan.
“Upaya selanjutnya yakni dengan melakukan pembangunan untuk menambah kapasitas air di SPAM Cipinang Gading, yang ditargetkan bisa beroperasi pada Desember 2023. SPAM ini nantinya akan melayani wilayah Mulyaharja, yang saat ini belum tersentuh air bersih, padahal memiliki 5 ribu pelanggan,” kata Ardani
Selain itu, Ardani mengatakan, penambahan kapasitas juga dilakukan di SPAM Katulampa sebesar 300 liter per detik. Pembangunan ini ditargetkan rampung 15 bulan ke depan, yakni pada September 2024.
“Pengaturan pasokan air dari wilayah lain, juga akan dilakukan oleh Perumda Tirta Pakuan pada kondisi tertentu. Daerah yang pasokan airnya melimpah akan membantu supply melalui sistem interkoneksi,” imbuhnya.
Masih kata Ardani, minimnya curah hujan juga berdampak pada menurunnya tinggi muka air (TMA) di Bendung Katulampa. Selama beberapa pekan terakhir, TMA bahkan mencapai 0 centimeter. Menanggapi kondisi itu, pasokan air masih mencukupi. Karena sejauh ini, masih ada 1.000-2.000 liter per detik air yang mengalir, yang artinya masih jauh melebihi kapasitas yang dibutuhkan pihaknya, yakni 300 liter per detik.
“Kami menghimbau kepada masyarakat dengan adanya kondisi ini, untuk lebih menghemat air bersih walaupun kondisi Perumda Tirta Pakuan masih stabil. Untuk masyarakat di wilayah yang kekeringan saat air mengalir segera tampung air,” pungkas Ardani. (Advetorial)