INILAHONLINE.COM, SOLO
Para jamaah haji dari Jateng tahun 1440 H ini bakal menikmati berbagai kenyamanan selama menjalankan ibadah di tanah suci, menyusul sejumlah fasilitas telah disediakan lebih baik.
Selain jamaah bakal ngumpul dalam satu maktab atau pemondokan, mereka juga akan disuguhi untuk dapat menikmati kuliner khas daerah sejak pemberangkatan hingga pemulangan.
Dirjen penyelenggaraan Haji dan Umrah Prof DR Nizar MAg mengatakan pihaknya telah memutuskan membuat sistem zonasi per wilayah untuk penentuan maktab. Pada musim haji sebelumnya, maktab diundi berdasar kloter penerbangan.
“Selama ini kan yang banyak jadi persoalan jama’ah adalah tersasar. Banyak sekali itu, dari Masjidil Haram mau pulang ke maktab tersasar, karena ketinggalan bus. Belum lagi kalau lupa dari maktab mana. Hingga akhirnya diputuskan maktab dibagi zonasi per wilayah. Untuk Jawa Tengah maktabnya di Jarwal,” ujarnya dalam pelantikan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Solo di Sunan Hotel, Solo, Jumat (14/6).
Nizar juga mengatakan untuk letak maktab Jarwal memang dekat dengan masjidil haram sekitar 900 meter hingga 2 km,hingga dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Tentunya itu jadi kesempatan emas bagi jamaah haji yang berasal dari Jateng agar bisa menjalankan ibadah dengan khusyu dan penuh kesabaran.
“Di Jarwal ini juga ada hotel yang berkapasitas 16.000. Meskipun di wilayah Jarwal untuk hotel atau maktabnya sedikit tidak baru, dan agak sedikit minimalis,” tuturnya.
Selain zonasi maktab, lanjutnya, inovasi yang dilakukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji adalah penyediaan kuliner untuk para jamaah selama ibadah. Seluruh sajian berdasarkan cita rasa nusantara di antaranya menu Gudeg, pecel, rendang, sate dan lainnya.
“Sajian menu ini untuk mengatasi jamaah kekurangan gizi. Karena kalau kita sediakan sajian khas timur tengah, lidah kita ini kurang cocok dan akhirnya para jamaah enggan makan. Tidak heran beberapa tahun lalu terjadi banyak jamaah kekurangan gizi, ya karena makanannya tidak cocok dengan seleranya,” ujarnya.
Tahun ini, dari total 231.000 kuota jamaah haji Indonesia, sekitar 30.000 berasal dari Jateng dan terkumpul dalam Embarkasi Solo. Secara keseluruhan, jamaah yang ditampung dalam 96 kloter itu akan menjalani dalam dua fase, fase pemberangkatan dan pemulangan.
Untuk fase pemberangkatan, akan ada dua gelombang. Gelombang pertama dilakukan pada 7 Juli 2019 – 19 Juli 2019, Gelombang kedua 20 Juli – 5 Agustus. Sementara untuk fase pemulangan, gelombang pertama melalui Jeddah, 7-19 Agustus. Kedua melalui Madinah pada 30 Agustus-15 September.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo merasa lega mendengar berbagai inovasi yang dilakukan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh itu. Persiapan pemondokan dan kuliner, bukanlah hal sepele karena menentukan kualitas hidup jamaah selama berada di tanah suci cukup rumit.
“Mendengar inovasi tadi saya sangat lega. Negara kita ini sangat Islami, apa yang tidak diurus? Yo wes ngene wae. Bertamu di tanah suci biar benar-benar bisa khusuk. Minimal bisa membuat saudara kita ayem, bisa ngumpul. Ada kemantapan, suasana kearifan lokal yang membuat mereka nyaman sehingga ibadahnya tidak akan terganggu. Mudahkanlah saudara kita beribadah,” tutur Ganjar.
Dia mengisahkan pengalaman pertamanya menjalankan ibadah haji. Dari sebelum pemberangkatan, diantar sanak saudara, hingga bagaimana rasanya menginjak tanah suci dan melihat wujud Ka’bah untuk pertama kali seumur hidup.
“Getaran batinnya itu berbeda. Melihat Ka’bah kita langsung gemetar dan langsung nangis. Semoga kita diberi kekuatan untuk memudahkan dan memperlancar saudara kita yang beribadah,” ujarnya.
(Suparman)