Junkfood Faktor Pemicu Terbesar Terjadinya Kanker Panyudara

InilahOnline.com (Kota Bogor) – Satu dari delapan perempuan di Indonesia beresiko terkena kanker payudara. Tak ayal, 46 persen penderita kanker di Indonesia merupakan penderita kanker payudara.

Di Kota Bogor sendiri, berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor tercatat tahun 2016 ada 222 penderita kanker payudara, sementara di tahun ini sampai September tercatat ada 78 penderita kanker payudara.

Kebanyakan penderita kanker payudara yakni perempuan yang berada di usia 40 tahun sisanya ada yang di usia 30 tahun dan remaja. Tanpa memilih status sosial ataupun gender alias bisa terjadi pada siapapun termasuk laki-laki. Penyakit kanker sendiri merupakan penyakit yang penyebabnya sulit diketahui namun besar kemungkinan disebabkan faktor genetik.

“Kalau di keluarga ada sejarah yang menderita kanker, maka faktor resiko pada anaknya harus ditekan,” ujar Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular (PTM) Dinkes Kota Bogor Fery Triyanti saat ditemui di kantornya, Selasa (17/10/2017) kemarin.

Fery mengatakan, faktor resiko pemicu kanker itu bisa dari obesitas, merokok, makanan tidak sehat (junkfood), kurang olahraga dan tingkat stres yang tinggi. Faktor-faktor resiko tersebut harus dijaga dan ditekan agar tidak memicu bibit kanker payudara untuk tumbah. Pasalnya, bibit kanker payudara akan hidup di dalam tubuh seseorang yang hormon estrogennya tinggi. Hormon ini menjadi makanan bagi kanker untuk hidup dan berkembang.

“Kelebihan hormon estrogen bisa dikarenakan makan-makanan siap saji, semisal dari ayam yang disuntik hormon, kelebihan karbohidrat, gula dan garam juga jadi pemicu kanker,” jelasnya.

Ia menerangkan, selain menekan faktor resiko tersebut, pemeriksaan deteksi dini sangat penting dilakukan. Saat ini deteksi dini kanker payudara bisa dilakukan lewat pemeriksaan IVA/CBS di puskesmas secara gratis bagi pengguna BPJS. Dari pemeriksaan akan diketahui jika ditemukan adanya tendensi menjadi kanker payudara, meski saat itu benjolannya baru sebesar beras.

“Kalau sudah ketauan ada kanker, pasien bisa langsung diobati dan angka kesembuhan lebih besar dibanding baru mengetahui saat benjolan sudah besar,” imbuhnya.

Menurut Fery, saat benjolan kanker payudara masih kecil memang tidak akan menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit akan mulai terasa ketika benjolan membesar dan menonjol keluar. Jika terlambat ditangani (operasi) kanker bisa semakin menyebar dan tumbuh kebagian lain seperti tulang, otak, rahim dan lainnya. Tak sedikit penderita kanker payudara yang meninggal dunia.

“Di Kota Bogor ada sekitar 12 penderita kanker payudara yang meninggal ada yang memang sudah terlambat, adapula yang tidak mau menjalani pengobatan,” sebut dia.

Ia menambahkan, Dinkes Kota Bogor terus berupaya untuk menurunkan angka penderita kanker setiap tahunnya. Mulai dari pelatihan kader di Pos Pindu PTM sebagai perpanjangan tangan Dinkes untuk mempromosikan Germas ke masyarakat. Membuat Pos Pindu PTM di seluruh puskesmas dengan sasarannya warga berusia 15 tahun keatas agar bisa secara rutin memeriksakan kesehatannya. Hingga sosialisasi kesehatan ke sekolah-sekolah.

“Yang utama masyarakat deteksi dini sebagai pencegahan dan terapkan hidup sehat,” pungkasnya. (Iqbal)

banner 521x10

Komentar