Peroleh Suntikan Modal UMKM Kembali Bergairah

INILAHONLINE.COM, SEMARANG — Dampak pandemi covid- 19 telah dirasakan oleh semua sektor kehidupan masyarakat, bahkan menjadi pukulan berat bagi pelaku bisnis baik yang bermodal besar maupun kecil terlebih bagi UMKM.

Namun akibat pandemi covid-19 yang belum usai, membawa dampak yang begitu besar tehadap para pelaku usaha, sehingga mengalami penurunan drastis dari penghasilan maupun produksinya. Untuk mengantisipasi itu Pemerintah telah mengambil langkah cepat dalam upaya pemulihan ekonominya.

Pemulihan ekonomi secara nasional dilakukan, tidak hanya melalui pemberian bantuan langsung tunai ( BLT) kepada warga untuk menaikkan kemampuan daya beli masyarakat.Tetapi juga dilakukan melalui gelontoran dana APBN. Namun dengan melalui suntikan modal ini diharapkan pengusaha bisa kembali bergairah dan bangkit kembali.

Sayangnya, menurut para pengamat stimulus dari pemerintah dalam bentuk BLT bersifat pasif dan kurang berdampak pada penyehatan ekonomi secara nasional. Seharusnya bantuan dana tersebut bersifat mendidik dan mendorong masyarakat kearah untuk kemandirian dan produktif.

Sebagaimana yang baru saja dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Keuangan yang telah mwngucurkan dana guna membantu kelancaran pelaku usaha seperti koperasi, IKM dan UMKM yang berorientasi ekspor untuk mengembangkan usahanya.

Khusus untuk wilayah Jawa Tengah ada dua daerah kabupaten yang telah mendapatkan gelontoran dana, untuk kelancaran ekspor bagi pelaku usaha yang sudah bergerak ke ekspor, tetapi terkendala finansial dan ketidakmampuannya dalam mengakses program pembiayaan dari perbankan.

Dua daerah itu adalah Kabupaten Kendal yang mendapatkan bantuan dana kelancaran ekspor bagi Koperasi, IKM dan UMKM sebesar Rp 152,39 miliar dan Kabupaten Demak sebesar Rp 127,93 miliar.

Mekanisme pemberian bantuan ini telah diatur oleh Kementerian Keuangan RI, yang mempercayakan kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Kegiatan yang dilakukan Kamis (25/3/2021) belum lama ini, diadakan penandatanganan nota kesepakatan dengan Pemerintah Kabupaten Kendal dan Kabupaten Demak yang berlangsung di Pendopo kabupaten dua daerah tersebut.

Pemberian bantuan untuk eksportir itu, dikawal langsung oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan wakilnya yang berkolaborasi dengan Komisi XI DPR RI, untuk pengawasannya agar sukses sesuai dengan tujuan dari pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi yang bergerak lebih cepat dan lebih baik.

Seperti yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Kendal belum lama ini, untuk Kabupaten Kendal sendiri, penyaluran bantuan dana ini sudah berjalan sejak tahun 2017 yang menghasilkan beberapa produk lokal Kendal, yang bisa diekspor sampai ke luar negeri seperti kopi, briket arang kelapa, olahan bandeng dan krupuk rambak.

Meski demikian, selain Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia yang telah menyalurkan dana untuk pembiayaan ekspor, juga ada Ultra Micro (UMi) yang berhasil mendorong pelaku usaha menjadi eksportir. Namun, di Jawa Tengah baru dua kabupaten yang mendapatkan dana pembiayaan Ultra Micro paling banyak. Yaitu, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Demak pada sektor perdagangan besar dan eceran.

Pemerintah melalui lembaga keuangan selama ini, tidak hanya menyediakan kredit produktif bagi usaha Micro, tapi juga program pendampingan Coaching Program for New Exporters (CPNE), secara visual telah disaksikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani di Kabupaten Kendal berbagai tampilan jenis produk lokal Koperasi, IKM dan UMKM di 15 stand binaan BRI, BTN, Bank Mandiri, LKMA Pembiayaan UMi Kendal, KSPPS BMT Bina Umat Sejahtera, PT Permodalan Nasional Madani, KSPPS Nur Insani, KSPPS Tamzis, PT Pegadaian, KSP KUD Mintorogo, KSPPS Nusa Ummat Sejahtera Koperasi Mitra Dhuafa dan LPEI.

” Dalam pameran itu, terdapat 15 stand yang terdiri beberapa produk diantaranya, minuman, makanan ringan, batik, tas Kendal, minuman jahe, jahe wangi, krupuk rambak, buah jambu biji merah, aksesoris kuda lumping, aneka bandeng, aneka masakan tradisional, aneka kripik khas Kendal,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani bersama rombongan selain berdialog dengan peserta, pameran di halaman samping pendopo Kabupaten Kendal juga berkesempatan memborong berbagai produk seperti minuman jahe, kerupuk rambak dan batik.

Kepada peserta stand yang terdiri dari para produsen lokal Kendal dan Demak itu, Sri Mulyani berpesan yang memberikan motivasi, agar mereka tetap bersemangat dalam berjuang untuk mensejahterakan keluarga melalui rintisan usaha mereka.

Sementara itu, bupati Kendal Dico M Ganinduto bersama isteri yang mendampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani berkunjung di pameran UMKM itu, kepada wartawan menyampaikan, harapannya supaya kedepan perekonomian masyarakat Kendal semakin berkembang dan lebih baik.

“Khususnya para pelaku usaha yang sudah mulai bergerak ke ekspor, diharapkan akan lebih eksis dan kuat karena sudah ada dukungan dan faailitas pendanaan dari Pemerintah Pusat, untuk mem-backup dalam kelancaran kegiatan ekspor produk IKM dan UMKM Kendal. Jadi potensi ini nantinya bisa sebagai daya ungkit dalam membangun Kendal sebagai Pusat Industri dan pariwisata,” ujar Dico.

Dalam kesempatan itu, Dico juga menyinggung keberadaan Industri Kendal di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), diharapkan segera beroperasi untuk menampung tenaga kerja asal Kendal. Selain itu, imbasnya juga terhadap eksistensi IKM dan UMKM Kendal yang bisa terangkat karena hadirnya investor yang membangun industri di Kendal ini.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo melakukan MoU dengan Hotel Accor dalam pemasaran produk UMKM

” Yang jelas para investor berasal dari dalam negeri, investor juga datang dari berbagai negara yang rata-rata memiliki jaringan pasar, untuk membuka akses pasar pula bagi IKM dan UMKM dalam mengembangkan produk ekspornya,” ujarnya.

Sementara pemasaran tahu dan tempe di wilayah Kabupaten Kendal khususnya, hingga kini masih lancar. Meskipun saat musim pandemi omzet sempat turun hingga mencapai 30 persen.

Begitu pula dengan jumlah pengrajin yang tetap melakukan produksi, juga mengalami penurunan cukup signifikan. Dari sekitar 350 anggota yang hingga kini masih aktif hanya sekitar 250 anggota. Namun ada yang 100 anggota, terpaksa gulung tikar karena kalah bersaing dan kesulitan memperoleh modal baru.

Beberapa alasan banyaknya naggota yang tidak aktif, akibat bangkrut disebabkan adanya pembatasan waktu usaha atau berdagang, kedelai sulit diperoleh dengan alasan kapal sulit bersandar, dan daya beli masyarakat mengalami penurunan yang cukup tajam.

“Yang lebih memprihatinkan lagi, dikalangan pengrajin sering melakukan persaingan yang kurang sehat. Misalnya, banting- bantingan harga. Akhirnya pengrajin yang modalnya kurang kuat, tidak mampu bertahan dan akhirnya gulung tikar,” ungkap Ketua Primer Koperasi Tahu Tempe ( Primkopti) Kabupaten Kendal Rifai SE.

Rifai yang menggeluti bisnis warisan dari orang tuanya sejak duduk di bangku SLTA ini, rencananya ke depan untuk mengekspor tahu tempe olahan, seperti keripik, nungget tempe, dan roti dengan bahan tempe.

“Tapi itu masih butuh waktu. Namun yang penting saat ini adalah membesarkan Primkopti Harum Kendal yang sekarang baru memiliki asset kisaran Rp 14,9 miliar dan SHU tahun 2020 sebesar Rp 186,6 juta. Meski sedikit mengalami kenaikan dibanding SHU tahun 2019 yang hanya mencapai Rp 167 juta,”katanya.

Kendati demikian, badai pandemi ini nyaris melumpuhkan sebagian besar pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Meski ada yang bertahan dan ada yang bertumbuh, namun itu hanya sebagian kecil saja.

” Hanya sesuai data nasional menyebutkan bahwa UMKM yang berdampak 87,5 persen, maka di Jawa Tengah UMKM terdampak 86,2 persen,”ungkap Skolastika Fie Ketua Forum Rembug UMKM (FRU) Jateng.

Menurutnya, meskipun UMKM yang bertahan di tengah pandemi covid-19 hanya kecil, karena sebagian besar UMKM kurang responsif atau cepat tanggap dalam beradaptasi menghadapi wabah ini.

” Pandemi ini memang sangat menyulitkan, tetapi tentu saja ada bebagai strategi yang bisa ditempuh untuk tetap bertumbuh, minimal bisa bertahan,’ ujarnya.

Namun demikian, lanjutnya, salah satu upaya adaptasi yang tepat di saat pandemi adalah melakukan penjualan secara online atau melancarkan digital marketing. ” Hal ini yang masih belum semua UMKM sadari, dan mampu melakukannya. Sebagian besar insan UMKM masih gagap teknologi,” ungkapnya.

Menurut Skolatika, strategi lain sebagai upaya adaptasi tehadap situasi sekarang ini, harus jeli menangkap peluang, apakah itu menambah produk atau varian yang inline dengan produk sebelumnya.

“Jadi bisa membuat jenis produk baru, sehingga lebih fokus atau bahkan berganti jenis usaha baik untuk sementara atau pemanen,” katanya.

Pasarkan Produk UMKM

Upaya untuk memasarkan UMKM di Jateng terus dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, baik melalui lapak Ganjar maupun kerjasama dari berbagai pihak. Salah satunya adalah penandatanganan kontrak kerja sama Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Dinkop UKM) Provinsi Jateng dengan jaringan Accor Hotel yang dilakukan, Senin (5/4/2021).

Dengan penandatangan tersebut, produk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM ) Jateng dapat dipasarkan di hotel berbintang. Sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak terus dilakukan untuk membantu dan memperluas jaringan pemasaran produk UMKM Jateng agar bisa naik kelas.

” Dengan seperti ini, semakin kelihatan road map agar UMKM kita bisa naik kelas. Ini tidak gede gede tapi kongkrit,” kata Ganjar usai penandatanganan kerja sama di Novotel Semarang.

Pelaku UMKM, lanjut Ganjar, juga harus memoles agar produknya bagus. Jika tidak bisa pemerintah akan turun tangan mendampinginya agar menemukan formula yang diinginkan hitel, apakah itu dari segi kemasan, rasa, dan sebagainya.

” Kerja sama ini sangat membantu pelaku UMKM , karena akan banyak produk mereka yang terhubung di jaringan hotel milik Accor Indonesia,” ujarnya

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo melihat salah satu produk UMKM yang dipamerkan didalam hotel

Menurutnya, semakin banyak produk UMKM yang mejeng hotel berbintang, tentunya bisa membuat produk naik kelas. Sehingga masyarakat akan merespons positif.

“Tadi Accor hotel informasinya mau buka hotel baru lagi. Ini bagus di lobi bisa ada stand pojok UMKM. Di mini bar dalam hotel bisa cicipi produk lokal kita,” ujarnya.

Kepala Dinkop UKM Provinsi Jateng, Ema Rachmawati mengatakan, produk UMKM Jateng akan mengisi jaringan hotel Accor antara lain untuk memenuhi kebutuhan furniture, home decor, bathroom aminities, bedroom aminities, toilttries, household, hingga minibar.

” Pada serapan tahap petama ini ada 43 UMKM yang tersebar di empat hotel milik Accor yang ada di Semarang, Solo, dan satu di Jawa Timur. Total ada 43 UMKM lebih yang sudah terserap dengan nilai Rp 1,5 miliar,” ujar Ema.

Dia menuturkan, kurasi atau Quality control hal yang sangat penting agar produk bisa masuk ke hotel. Jika belum dirasa memuaskan pihak hotel, pihaknya akan mendampingi sehingga bisa mencapai produk yang diinginkan.

” Misalnya bawang merah, pihak hotel menilai kurang kuning. Untuk bis masuk perlu diperbaiki kembali. Oleh karena itu, kurasi merupakan kunci,” paparnya.

Sementara itu, Senior Vice President Operations and Government Realations Accor Indonesia dan Malaysia, Adi Satrio mengatakan, Accor memiliki sekitar 140 hotel di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pihaknya sangat mendukung pemberdayaan UMKM.

Jawa Tengah, kata dia, sangat penting karena banyak hotel milik Accor yang akan dibuka.” Tahun ini, kami akan bangun beberapa hotel. Tidak hanya di Jateng tapi juga di Kulonprogo, Mandalika dan banyak lagi yang bisa diisi produk UMKM,” jelasnya.

Adi menambahkan, MoU ini merupakan bagian dari Gernas bangga buatan Indonesia dan bangga berwisata di Indonesia.

” Kami ingin melanjutkan komitmen untuk mendukung pemerintah Indonesia dan daerah, dalam upaya pengembangan pelaku UMKM. Accor akan aktif mendukung pemerintah dan semua pihak memajukan UMKM,” imbuhnya.(Suparman)

banner 521x10

Komentar