INILAHONLINE.COM, BANJARNEGARA – Presiden RI Joko Widodo meninjau lokasi korban gempa secara langsung dan memberikan motivasi serta menyemangati anak-anak yang tinggal di pengungsian SDN 2 Sidakangen, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (23/4/2018) sore.
”Anak-anakku semua sedang bermain apa dengan Kak Seto? Bermain sulap, membaca, mewarnai, menulis. Wah pintar-pintar semua ya,” sapa Presiden kepada anak-anak.
Saat Presiden datang bersama robongan mereka tengah belajar dan bermain bersama Kak Seto dan Kak Heni, yang merupakan tim LDP (Layanan dukungan Psikososial ) Kementerian Sosial RI. Hal ini sebagai bagian dari upaya pemulihan dan penguatan kepada anak-anak.
Begitu usai menyapa Presiden ikut Duduk di antara anak-anak, selanjutnya menyalami sambil menanyakan nama mereka. Sesekali ia mengusap kepala anak-anak lalu mengacungkan jempol tangan kanannya, pertanda mereka menjawab pertanyaan Presiden dengan benar.
”Meski sekolahnya ada yang roboh kalian tetap belajar ya, dan jangan lupa ibadah,”tutur Presiden yang berkemeja putih dipadu celana panjang hitam dan sepatu kets hitam.
Presiden kemudian memberi pertanyaan matematika seputar penjumlahan dan pengurangan. Seluruh anak menjawab dengan benar, kemudian Presiden menghadiahkan buku-buku untuk mereka.
”Terima kasih, Pak Presiden,”teriak anak-anak serempak.
Usai berdialog, Presiden kemudian menyerahkan santunan untuk ahli waris korban meninggal dalam bencana gempa bumi.
Kedua korban meninggal adalah Asep (13) dan Nenek Kasri (100). Masing-masing ahli waris mendapatkan Rp 15 juta. Presiden kemudian berdialog dengan ibu-ibu di pengungsian, serta meninjau ruang kelas sekolah yang untuk sementara digunakan menampung pengungsi.
Sementara itu mewakili Menteri Sosial, Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan, Total bantuan untuk korban gempa bumi Banjarnegara sebesar Rp 767,2 juta.
Bantuan tersebut terdiri dari Bantuan Logistik Tanggap Darurat sebesar Rp 667.237.736, Santunan Ahli Waris untuk dua orang masing-masing Rp 15.000.000, Santunan korban luka-luka sebesar Rp 70.000.000 untuk 35 orang.
Seperti diketahui bencana alam gempa bumi di Banjarnegara terjadi pada Rabu (18/4) pukul 13.28 WIB. Gempa berkekuatan 4,4 SR dengan kedalaman 4 kilometer pada jarak 52 kilometer utara Kebumen.
Pusat gempa yang dangkal dengan kondisi tanah gembur mengakibatkan kerusakan cukup parah pada 4 Desa di wilayah Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
”Akibat peristiwa ini dua orang meninggal dunia atas nama Asep (13) dan Nenek Kasri (100), 35 orang luka-luka,”ujar petugas.
Jumlah pengungsi hingga Senin (23/4) adalah 2.125 jiwa/711 KK. Dari jumlah tersebut terdapat 180 balita, 211 anak-anak, 214 lansia.
Mereka tersebar di 13 desa tempat pengungsian. Di antaranya Desa Kertosari sebanyak 546 jiwa, Desa Sidakangen sebanyak 470 jiwa, Desa Kasinoman sebanyak 440 jiwa, Kalibening 190 jiwa, dan Plorengan sebanyak 157 jiwa.
Gempa juga mengakibatkan 194 rumah rusak dengan rincian 86 rumah rusak ringan, 31 rumah rusak sedang, 77 rumah rusak berat. Sementara total kerusakan fasilitas umum 3 sekolah, 3 masjid dan 1 mushalla.
Harry menjelaskan, ada tiga upaya penanganan bencana sesuai standar yang dilaksanakan Kementerian Sosial. Pertama, Tahap Prabencana.
Pada tahap ini, Kementerian Sosial membangun Sistem Penanggulangan Bencana Bidang Perlindungan Sosial, Menyiapkan sarana dan prasana pendukung,
Mengembangkan kapasitas SDM Tagana dan relawan sosial, Membentuk Kampung Siaga Bencana, Membentuk Forum Keserasian Sosial dan Kearifan Lokal, Sosialisasi, simulasi, dan gladi lapangan.
Tahap Kedua adalah pada saat Bencana. Dalam tahap ini Kementerian Sosial mengaktivasi Sistem Penanggulangan Bencana Bidang Perlindungan Sosial, Pengerahan SDM Tagana dan relawan sosial,
Pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan pelayanan sosial lainnya, advokasi dan layanan dukungan psikososial.
”Selain itu mendirikan Dapur Umum Lapangan, pemenuhan kebutuhan logistik pengungsi, dan layanan dukungan psikososial kepada korban terdampak bencana,”tambahnya.
Tahap Ketiga atau Tahap Pascabencana, adalah pemberian bantuan pemulihan (santunan sosial, jaminan hidup dan bantuan stimulan lainya), advokasi dan layanan dukungan psikososial, dan melaksanakan rujukan.
Sementara itu seorang anak di pengungsian bernama Nela (13) bersikukuh tetap bersekolah, terlebih lagi mulai hari ini (23/4) mereka menghadapi ujian sekolah.
”Hanya saja kami belum berani kembali ke rumah mengambil buku-buku, seragam serta perlengkapan sekolah, karena takut gempa susulan,”ujar Nela.
Seorang Guru SDN 02 Sidakangen, Ibu Alif (56) yang rumahnya menjadi Posko Dapur Umum TAGANA mengatakan bahwa kegiatan belajar mengajar khususnya bagi siswa kelas 6 yang akan menghadapi ujian tetap dilaksanakan di tenda-tenda darurat di sekitar lingkungan sekolah.
“Mereka tetap ujian, mereka terus bersemangat sekolah meskipun tanpa seragam,”katanya. (Suparman)
Komentar