InilahOnline.com (Kota Bogor) – Komposisi jumlah jamaah sholat subuh di masjid-masjid saat ini masih didominasi oleh kelompok umur dewasa dibandingkan remaja. Segmen pemuda hanya menempati porsi 30 persen dibanding orang tua. Hal ini yang mendorong komunitas @SahabatSubuh untuk mengkampanyekan gerakan kembali ke masjid melalui sholat subuh di Masjid Mahabaturrasul, Perumahan Villa Bogor Indah, Kedunghalang, Bogor Utara, Kota Bogor, Senin (22/1/2018).
Ketua komunitas @SahabatSubuh, Ahmad Alam mengatakan program ini merupakan inisiasi dari para ketua Dewan Keluarga Masjid (DKM) se-kota Bogor saat pelatihan manajemen masjid tahun 2017.
“Saat itu kami mendeklarasikan Gerakan Nasional Sholat Subuh (GNSS) berjamaah. Fokusnya cuma satu, bagaimana caranya supaya umat kembali ke masjid. Respon dari berbagai kalangan dan organisasi cukup positif dengan nama-nama komunitas yang berbeda-beda,” tuturnya.
Pria yang akrab disapa Kang Alam ini menambahkan, deklarasi pertama dihadiri pula oleh KH. Didin Hafiduddin serta para ulama dan juga walikota Bogor.
“Tujuan gerakan ini agar ulama, umara’ (pemimpin) dan umat ini bersatu di masjid.” ungkapnya.
Kampanye GNSS ini merupakan satu rangkaian dari tabligh akbar masjid Mahabaturrasul bertema Meraih Keberkahan dari Masjid yang menghadirkan ulama asal Yogyakarta, Salim Fillah.
Sementara itu, Salim Fillah ulama asal Yogyakarta yang di undang DKM Masjid Mahabaturrasul mengatakan, masjid harus menjadi solusi atas masalah yang dihadapi umat khususnya yang berada di sekitar masjid.
“Di masjid Jogokariyan, Yogyakarta, kami mendata siapa yang belum pernah sama sekali sholat di masjid, siapa yang paling rajin, keluarga mana yang butuh bantuan, hobi masyarakat dan sebagainya. Di sana, kotak infak yang disediakan bukan saja berbentuk uang, namun juga beras.
Sehingga ketika masyarakat selesai sholat berjamaah, mereka sudah tidak perlu khawatir lagi mau makan apa karena kami menyediakan beras gratis yang bisa diambil kapan saja,” tutur ustad yang sering membawa tema sejarah Islam ini.
Menurutnya, masjid saat ini harus menjadi learning center bagi masyarakat sekitar. Anak-anak muda tidak saja belajar ilmu-ilmu agama, namun juga ilmu-ilmu sains aplikatif seperti Fisika, Matematika, Kimia dan sebagainya.
“Setiap selesai Magrib sampai menjelang Isya, jadwalnya adalah belajar ilmu agama di Jogokariyan. Setelah Isya, belajar mata pelajaran lain. Beberapa anak remaja masjid kami sudah ada yang diundang presentasi ke berbagai negara untuk berbicara tentang beragam ilmu pengetahuan. Ada yang ke Hong Kong, Taiwan, dan lain-lain.” ungkapnya.
Salim menambahkan, konsep yang ingin diangkat dalam masjid tersebut bukan schooling culture, melainkan learning culture.
“Masjid Mahabaturrasul bisa juga mengikuti apa yang telah dibuat oleh Jogokariyan,”sarannya. (CJ/Mohammad Iqbal)
Komentar