Fenomena Xenomania Mengalahkan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Utama Sehari Hari

InilahOnline.com (Kota Bogor) – Munculnya fenomena xenomania (senang dengan sesuatu yang berbau asing) adalah alasan mengapa banyak orang Indonesia yang kini kurang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama dalam berkomunikasi setiap hari. Disamping itu, penggunaan bahasa di media massa masih ada yang tidak benar sehingga akan langsung ditiru oleh masyarakat.

Hal tersebut diutarakan Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat Sutejo saat pembukaan kegiatan Penyuluhan Bahasa Indonesia Bagi Pegiat Media Massa Se-Kota Bogor di ruang Paseban Sri Bima, Balaikota Bogor, Rabu (25/10/2017).

“Media massa adalah pembina sekaligus juga perusak bahasa indonesia, karenanya kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang strategis sebagai pembinaan bahasa Indonesia,” kata Sutejo.

Saat ini menurut Sutejo, munculnya fenomena xenomania ditengah masyarakat Indonesia menjadi keprihatinan tersendiri. Media massa dengan fungsi dan perannya sebagai ujung tombak dalam pembinaan dalam berbahasa Indonesia diharapkan dapat membantu mengakhiri fenomena xenomania.

“Ujung-ujungnya masyarakat Indonesia memiliki sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif seperti setia, bangga terhadap bahasa Indonesia dan sadar dalam berbahasa Indonesia yang memiliki norma serta kaidah,” sebutnya.

Asisten Administrasi Umum Setdakot Bogor Arif Mustofa yang hadir membuka acara menerangkan, bahwa kecendrungan masyarakat yang lebih suka mempergunakan istilah bahasa asing akan menghambat berkembangnya bahasa Indonesia, terutama berkembangnya kosa kata, sehingga terkesan bahasa Indonesia tidak mengikuti perkembangan yang terjadi baik dibidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, politik dan sebagainya.

Arif menambahkan, para ahli bahasa Indonesia senantiasa berupaya untuk mengembangkan kosa kata bahasa Indonesia agar bahasa Indonesia mampu mengikuti perkembangan berbagai bidang kehidupan.

“Perkembangan itulah salah satu aspek yang perlu dipelajari masyarakat dan dipergunakan sebaik-baiknya, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Sebagai bangsa yang memiliki bahasanya sendiri sudah seharusnya kita yang lebih baik dan lebih benar dalam mempergunakan bahasa Indonesia,” terang Arif.

Saat ini banyak negara-negara lain yang mempelajari dan mempraktekkan penggunaan bahasa Indonesia. Contohnya Australia, Korea, Jepang dan beberapa negara eropa. Menurut mereka bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah dipelajari dan dipergunakan. “Mereka juga menilai bahasa Indonesia telah menjelma menjadi salah satu bahasa di dunia yang berpengaruh,” kata Arif.
Hadir dalam kegiatan tersebut perwakilan media, perwakilan sekolah dan undangan lainnya yang digelar selama dua hari, 25-26 Oktober 2017. (ian)

banner 521x10

Komentar