INILAHONLINE.COM, REMBANG – Gubernur Jateng nonaktif Ganjar Pranowo turut bermain ketoprak di tobong milik Dalang Ki Sigid Ariyanto di Desa Turusgede Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang, Senin (23/4/2018) malam. Berulang kali tingkah Ganjar mengocok perut seribuan penonton yang sebagian besar warga desa setempat.
Lakon yang dimainkan malam itu adalah Sang Pambayun. Menceritakan kisah perseteruan Ki Ageng Wanabaya yang tak mau menyerahkan Mangir sebagai bagian kerajaan Mataram. Namun siasat asmara Pambayun yang menyamar jadi penari ledhek keliling berhasil membuat Wanabaya lemah dan akhirnya dapat dibunuh Panembahan Senapati
Ganjar berperan sebagai Pangeran Purbaya, putera mahkota Mataram. Ia sosok yang arif bijaksana sehingga tidak setuju penggunaan kekerasan dalam pemerintahan. Sifatnya yang welas asih membuatnya dicintai rakyat.
Permainan Ganjar nampak luwes. Meski tidak latihan namun improvisasi dan spontanitasnya bisa mengimbangi seniman Ketoprak Wangsit Gumelar. “Ya saya kan sudah sering main ketoprak, wayang wong, jadi ya biasa saja. Ya salah-salah sedikit wajar lah, namanya nggak latihan,” kata Ganjar.
Sutradara ketoprak Agus Krisbiantoro mengatakan, pertunjukan malam ini sekaligus meresmikan tobong milik Ki Sigid Ariyanto. “Tobong itu bisa diartikan gedung atau tempat untuk pelatihan dan pagelaran seni, bukan hanya ketoprak tp juga tari dan kesenian lain,” katanya.
Pagelaran ini, menurut Agus, bertepatan dengan malam Selasa Wage. Maka akan jadi patokan waktu untuk pagelaran selanjutnya. “Jadi setiap Selasa Wage akan ada pertunjukan utamanya ketoprak di sini,” katanya.
Ganjar mengacungi jempol pada Ki Sigid Ariyanto yang mendirikan tempat pagelaran seni secara swadaya. Potensi kesenian ketoprak di Rembang dan Pati, menurutnya sangat besar. Grup-grup ketoprak lawas masih terus eksis dan subur hingga kini.
“Bahkan di Pati pemain ketoprak bisa jadi profesi, mungkin tidak sebesar artis tapi bisa untuk hidup di desa,” katanya.
Ganjar yang sudah sering bermain kesenian tradisi itu menuturkan, kehadirannya di panggung tak sekadar menghibur warga, tapi sekaligus memberi contoh bagaimana pentingnya partisipasi dalam nguri-uri kebudayaan.
“Dalam budaya yang sangat paternalistik, orang butuh contoh. Apa ujudnya, ikut nggak apa mung omong tok. Mudah-mudahan dengan pimpinannya ikut main akan mengajak yang lain ikut juga,” harapnya. (Suparman)
Komentar