Implementasi Kurikulum Merdeka

Pemerintah berencana menerapkan Kurikulum Merdeka di semua jenjang pendidikan pada tahun 2024. Saat ini prototipe kurikulum tersebut sudah diujicobakan di 2.500 sekolah. Tahun ini kurikulum itu telah diterapkan di sekolah-sekolah penggerak di setiap kota dan kabupaten. Sekolah penggerak inilah yang diharapkan dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain dalam mengimplementasikannya nanti.

Menurut Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, bahwa kurikulum Merdeka merupakan sebuah konsep pembelajaran yang bertujuan mendalami dan mengembangkan minat serta bakat masing-masing anak. Ia mencontohkan, dua siswa di kelas yang sama, bahkan di keluarga yang sama,  bisa jadi memiliki minat yang berbeda.

“Sebagai orangtua kita tidak bisa memaksakan anak yang menyukai seni, untuk belajar computer secara mendalam. Begitupun sebaliknya,” katanya.

Menurut Nadiem Makarim, kurikulum ini dirancang untuk memprioritaskan kebutuhan anak sebagai pelajar yang sedang mempersiapkan masa depan kehidupannya. Lalu bagaimana mengimplementasikan kurikulum ini pada kegiatan belajar dan mengajar di sekolah?  Pada dasarnya sekolah diberi pilihan untuk menyusun kurikulum dan metoda belajar dan mengajar yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

“Kelak dalam prakteknya nanti para siswa akan dilibatkan pada projek-projek pembelajaran, yang memungkinkan mereka memilih kegiatan untuk mengembangkan minat dan bakat mereka. Di dalam projek pembelajaran itulah, setiap siswa akan mempelajari berbagai mata pelajaran hingga mencapai standar capaiannya,” jelas Mendikbudristek.

SMP Negeri I Kota Bogor, merupakan salah satu sekolah yang ditetapkan menjadi sekolah penggerak dalam implementasi Kurikulum Merdeka di Kota Bogor. Menurut Dedi Husnaeni, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Negeri1  Kota Bogor, pihaknya telah menetapkan sebagai sekolah yang sudah berada di fase Mandiri Berbagi. Artinya, SMP Negeri I Bogor sudah dan akan terus mengembangkan kurikulum secara mandiri dan kelak akan membagikan kepada sekolah lain yang memerlukan.

“Pada kurikulum ini, inisiatif dan kreativitas metode pembelajaran berasal dari kami selaku para guru,” jelas Dedi. Namun demikian modul-modul pembelajaran, masih bisa diperoleh dari kementrian. Di samping itu sebagai salah sau sekolah penggerak. Kami sudah menyiapkan guru-guru penggerak, yang sudah mengikuti pelatihan penerapan kurikulum merdeka,” ungkapnya.

Lebih lanjut Dedi menerangkan, mereka telah mengikuti berbagai pelatihan yang juga difasilitasi oleh Komite Sekolah. Secara teknis, saat ini kurikulum merdeka baru diterapkan pada siswa kelas 7. Sedangkan terhadap siswa kelas 8 dan 9, masih diterapkan kurikulum 2013. Di dalam prakteknya, para siswa kelas 7 akan dilibatkan pada projek-projek pembelajaran dan para siswa diperkenankan untuk memilih kegiatan sesuai minatnya masing-masing. Kegiatan ini seperti tambahan di luar kegiatan pembelajaran akademis biasa.

“Saat ini ada 3 projek kegiatan yang dilaksanakan. Masing-masing dengan tema Demokrasi, tema Kearifan Lokal serta Tema Gerak dan Tari,” tambahnya Dedi.

Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Bogor, H. Warsadi M.Pd

Masih kata Dedi, pada tema kearifan lokal, kami pilih aspek kuliner lokal untuk dipelajari dan dipraktekan oleh para siswa dan pada tema Demokrasi kami terapkan dalam bentuk pemilihan OSIS. Di dalam kegiatan inilah ada proses pembelajaran terhadap beberapa materi ajar.  Hal itu diperoleh karena pada setiap kegiatan, para siswa dapat  langsung menerapkan materi-materi pembelajaran, seperti bahasa, matematika dan sebagainya.

“Dengan demikian pengetahuan siswa diperoleh langsung dari pengalaman praktek. Di dalam ragam kegiatan yang diselenggarakan, terbuka pula peluang bagi para orangtua siswa untuk menjadi guru tamu. Mereka bisa membagi pengalaman bidang kerja atau profesi masing-masing kepada para siswa. Sekaligus hal ini menguatkan kolaborasi antara pihak sekolah dengan para orangtua dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar,” jelasnya.

Lebih jauh Dedi mengatakan, untuk dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, maka pada beberapa mata pelajaran, jam kegiatan belajarnya dikurangi masing-masing 1 jam. Jam-jam itulah yang kemudian diakumulasi dalam seminggu untuk dipakai melaksanakan projek-projek pembelajaran. Sedangkan untuk kegiatannya, para siswa diarahkan menentukan pilihannya berdasarkan peminatan masing-masing. Minat dan bakat siswa sebelumnya diketahui berdasarkan hasil tes diagnostik.

“Terakhir, seluruh capaian pembelajaran akan dievaluasi dan hasilnya disampaikan dalam dua jenis rapot. Pertama rapot dalam bentuk nilai-nilai untuk hasil pembelajaran akademis. Kedua rapot yang disajikan dalam bentuk narasi kualitatif untuk melaporkan pencapaian siswa pada bidang kegiatan yang telah diikutinya,” imbuhnya.

Walhasil, kurikulum merdeka membuka peluang bagi setiap invidu siswa untuk memperoleh kesempatan belajar dan mengembangkan diri sesuai minat dan bakat masing-masing. Metode ini adalah cerminan pemahaman, bahwasanya setiap individu anak adalah manusia istimewa dengan bakat dan kemampuannya masing-masing.

“Mereka perlu dididik, diajar, dibimbing dan diarahkan supaya bisa berkembang sesuai minat dan bakat yang melekat pada dirinya masing-masing,” pungkas Dedi. (Advertorial)

banner 521x10

Komentar