Indocement Siapkan Strategi Untuk Atasi Turunnya Volume Penjualan Akibat Dampak Pandemi Covid-19

INILAHONLINE.COM, JAKARTA

Untuk menghadapai tahun 2020 ini, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (ITP)) telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengatasi turunnya volume penjualan yang terdampak oleh pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Pasalnya, perseroan dinilai mampu melakukan sejumlah penghematan. Demikian dikatan Presiden Direktur PT. ITP Christian Kartawijaya.

“Salah satunya penghematan yang dilakukan adalah dengan pemakaian batu baru berkalori rendah dan penggunaan bahan bakar alternatif ramah lingkungan,” ungkapnya kepada media belum lama ini.

Christian menjelaskan, volume penjualan semen “Tiga Roda” Indocement sepanjang 2019 kemarin sebenarnya cenderung datar bahkan sedikit menurun 1,1 persen. Namun, emiten berkode saham INTP mengklaim mampu mempertahankan harga jual sejak pertengahan 2018 sampai dengan akhir tahun 2019 lalu.

 

“Selain penghematan dengan pemakain batu berkalori rendah, pihaknya juga mendorong penurunan biaya produksi per ton sebesar 2,4 persen,” ujarnya.

Selain itu, Faktor penurunan biaya produksi tersebut yang menjadi kunci kinerja ITP positif pada 2019 dengan pertumbuhan earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) 32 persen, sehingga perseroan membukukan pertumbuhan pendapatan 4,93 persen secara tahunan menjadi Rp15,93 triliun pada 2019.

“Dari laba bersih yang dibukukan naik 60,16 persen dan secara tahunan menjadi Rp1,83 triliun per 31 Desember 2019 lalu,” ungkap Christian.

Adapun untuk periode 2020, Christian membeberkan bahwa awal tahun 2020 ini diawali dengan tingginya curah hujan di pasar utama perseroan seperti Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah yang menyebabkan banjir besar terjadi beberapa kali.

Presiden Direktur PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk, Chrsitian Kartawijaya

“Kondisi tingginya curah hujan di awal tahun 2020 itu menurutnya membuat volume penjualan sampai dengan Februari 2020 turun 6 persen,” paparnya.

Lebih lanjut, Christian menjelaskan, bahwa tantangan dari penyebaran virus Covid-19 juga mulai berdampak terhadap penurunan volume penjualan mengikuti kondisi perekonomian yang melemah. Dengan melihat dampak turunnya volume penjualan sekitar 8 persen-15 persen akan terjadi dalam 1-2 bulan kemarin itu, mengingat banyak proyek konstruksi yang mengalami penundaan.

“Sehingga membuat kami merevisi proyeksi permintaan semen mungkin di kisaran -1 persen sampai dengan -2 persen pada 2020,” jelasnya kepada wartawan, Rabu (1/4/2020) lau.

Selain itu, Christian Kartawijaya juga menyoroti nilai tukar rupiah yang sempat mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat lalu, berdampak terhadap kenaikan biaya produksi karena sebagian pembelian bahan baku masih dalam denominasi mata uang asing. Di tengah kondisi melemahnya permintaan semen, perseroan hanya menjalankan beberapa lini produksi yang paling efisien dan menggunakan batu bara berkalori rendah.

“Kami akan melakukan program efisiensi biaya di segala bidang seperti mengurangi semua biaya tetap supaya bisa bertahan seandainya pelemahan penjualan masih terus berlangsung dalam 2 bulan hingga 3 bulan mendatang,” jelasnya.

Berdasarkan data Bloomberg, harga saham INTP terkoreksi 2,60 persen ke level Rp12.175 pada perdagangan, Rabu (1/4/2020). Secara year to date (ytd), saham produsen semen itu masih bergerak dalam teritori negatif dengan koreksi 36,01 persen. (Red/PH)

banner 521x10

Komentar