INILAHONLINE.COM, BOGOR – Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) mengajak belasan tamu dari 6 negara untuk mengikuti Summer Course 2018. Dalam kegiatan bertajuk ‘Sustainable Agrifood Management in Indonesia (SAMI)’ itu, Walikota Bogor Bima Arya pun menjamu kedatangan mereka di ruangan Paseban Sri Bima, Gedung Balaikota Bogor, Minggu (5/8/2018) malam.
Para tamu undangan yang datang dari Malaysia, Vietnam, Thailand, Myanmar, Singapura dan India itu disuguhkan Pemkot Bogor berupa kuliner tradisional seperti Soto Bogor, Toge Goreng, Soto Mie, Es Pala hingga rebusan pisang, kacang, jagung, talas. Mereka tampak lahap menikmati sajian itu.
Bima Arya dalam sambutannya bercerita mengenai sejarah Kota Bogor. Ia juga memaparkan perubahan kota hujan dari kondisi sebelumnya dan sekarang.
“Saya rasa problem di setiap negara hampir sama, yakni mengenai isu pendidikan, transportasi dan kesejahteraan. Kota Bogor ke depannya akan terus dibenahi menuju 3 identitas, yaitu Green City, Heritage City dan Smart City,” ungkap Bima.
Untuk itu, Bima berharap dalam pertemuan ini bisa menghasilkan sinergi antara kampus dan pemerintah. “Akademisi diharapkan perannya dalam keikutsertaannya membangun Kota Bogor. Tidak hanya jangka pendek tapi jangka panjang. Karena untuk mempercepat akselerasi pembangunan diperlukan peran 5 pilar, mulai dari pemerintahan, kampus (akademisi), pengusaha, komunitas, dan media,” jelas Bima.
Di tempat yang sama, Plh Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB), Mukhamad Najib, mengapresiasi sambutan dari Pemkot Bogor lewat acara tersebut.
“Kami mengucapkan terima kasih atas penerimaan dari Pemkot Bogor untuk ikut menyambut tamu-tamu internasional kita. Karena memang tamu IPB, tamu Bogor juga. Ini bagian dari promosi kita. Bukan hanya mempromosikan IPB saja, tetapi juga Kota Bogor sebagai suatu kota yang layak untuk kita endorse di dunia internasional sebagai salah satu destinasi wisata, khususnya kuliner,” ungkap Najib.
Najib berharap, ke depan kerjasama antara kampus dengan pemerintah bisa lebih ditingkatkan lagi karena akan banyak event-event berskala nasional hingga internasional yang akan digarap. “Semua kita lakukan di Kota Bogor. Berharap kegiatan itu bisa memberikan benefit bagi warga kota hujan ini,” katanya.
Terkait tema yang diusung, ‘Sustainable Agrifood Management in Indonesia’, Najib menjelaskan pihaknya ingin menyampaikan bahwa kebutuhan pengelolaan makanan itu menjadi sesuatu yang tidak boleh dilakukan secara sporadis dan sifatnya hanya temporer. Tapi harus menjadi program yang berkelanjutan karena makanan menopang keberlangsungan hidup manusia.
“Di forum ini bagaimana kita mencoba mengelola ketahanan pangan yang berkelanjutan dari hulu sampai hilirnya. Termasuk ujungnya bagaimana industri pengolahan makanan itu dikelola dan di Bogor sangat banyak sekali. Termasuk kuliner sangat berkembang pesat. Bogor Alhamdulillah sampai saat ini bisa menjaga situasi di mana ketahan pangan kita relatif cukup baik. Tentu kita berharap ini bisa kita pertahankan dan tingkatkan. Ini isu yg sangat krusial,” bebernya.
Terakhir, ia juga sepakat dengan Bima Arya mengenai sinergi 5 pilar yang dapat mempercepat akselerasi pembangunan di sebuah daerah, yakni pemerintahan, kampus (akademisi), pengusaha, komunitas, dan media.
“Saya kira interaksi diantara kelima pilar itu menjadi sangat penting. Dunia kampus menyiapkan landasan ilmiah bagaimana membangun salah satu daerah. Birokrat memiliki aparatur dan kebijakan yang sangat dibutuhkan untuk bisa mengeksekusi agenda pembangunan itu dengan baik. Kemudian Masyarakat sebagai obyek sekaligus sebagai subyek dari pembangunan itu juga harus bisa berpartisipasi secara aktif. Ini memang menjadi tantangan bagaimana mensinergikan semua kekuatan tersebut dan peran kepala daerah sangat penting,” pungkasnya. (Agha Dwi)
Komentar