Jangan Ganggu Pancasila, Semangat 45 Kaum Nasionalis Wujudkan Nilai Luhur dalam Kehidupan Nyata

Berita, Jawa Timur473 Dilihat

INILAHONLINE.COM, SURABAYA

Semangat 45 Kaum Nasionalis mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan nyata dibuktikan melalui Sarasehan Kebangsaan, Menangkal Radikalisme & Intoleransi. Pancasila adalah Rumah Kita Bersama dan tidak ada toleransi sedikitpun bagi yang menggangu Pancasila.

“Sarasehan ini bertujuan menerjemahkan sikap tegas Presiden Joko Widoko (Jokowi) bahwa Pancasila adalah rumah kita bersama, rumah bersama kita sebagai saudara sebangsa. Tidak ada toleransi sedikitpun bagi yang mengganggu Pancasila.Yang mempermasalahkan Pancasila. Tidak ada lagi orang Indonesia yang tidak mau ber-Bhinneka Tunggal Ika. Tidak ada lagi orang Indonesia yang tidak menghargai penganut agama lain, warga suku lain, dan etnis lain …,” ungkap Ketua Gerakan Benteng Kebangsaan (GBK) sekaligus Ketua Sarasehan, Aniridia, mengutip pesan penting Presiden RI, kemarin.

Dalam sarasehan yang digelar di Gedung Pertemuan Kampus STIEUS, Jalan Urip Sumoharjo 5-7 Surabaya, Sabtu (31/8/2019) tampak hadir narasumber nasional: Sukmawati Soekarnoputri (Budayawati, putri penggali Pancasila Bung Karno), Boedi Djarot (Sekjen Presidium Nasional Gerakan Jaga Indonesia – GJI) dan Agus Edi Santoso, SH (Mantan Presidium GMNI-Tokoh PRODEM-Soekarnois, Aktivis 98).

Meskipun dua narasumber, Jenderal TNI (Purn) Dr H Moeldoko, SIp (Staf Khusus Presiden) dan Prof Dr Akh. Muzakki (Sekretaris Pengurus Wilayah NU-PWNU Jatim) berhalangan hadir, tetap tidak mengurangi semangat 45 panitia dan peserta sarasehan.

“Dengan garis Presiden itu, kami sebagai kaum nasionalis merasa terpanggil menerjemahkan dalam bentuk sikap maupun tindakan. Maka terselenggara sarasehan ini yang dihadiri kaum nasionalis yang dulu sama-sama dalam pergerakan mahasiswa GMNI,” tutur Amir, sapaan akrab alumnus SMPN 3 Praban Suroboyo itu.

Bahkan, semangat panitia untuk tetap menyelenggarakan sarasehan ini patut diacungi jempol. Niat awal acara ini digelar di Hotel Elmi. Karena ada penyandang dana yang ingkar janji, seluruh pemesanan di hotel tersebut dibatalkan. Akibatnya, seluruh panitia kalangkabut karena semua narasumber sudah siap hadir, paling sedikit 200 undangan sudah beredar.

Menurut Amir, acara ini bisa diselamatkan meskipun terpaksa harus menggeser tempat penyelenggaraan hingga tiga kali. “Alhamdulillah terselenggara di Gedung Pertemuan Kampus STIEUS Surabaya,” tandasnya, lega.

Tolak Referendum

Boedi Djarot, tokoh nasionalis yang kini telah mencapai usia 60 tahun ini mengaku akan menghibahkan sisa hidupnya untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia dari ancaman dan rongrongan yang ingin mengubah ideologi kita Pancasila.

Menurut Boedi Djarot, tema sarasehan yang mempertegas penangkalan terhadap radikalisme & intoleransi ini sangat menarik. Munculnya aksi radikal akhir-akhir ini, setelah Indonesia memasuki Era Reformasi yang dilakukan oleh kelompok penganut agama merupakan sikap, menurut Boedi Djarot, karena faktor genetik dan ideologi keliru.

Bahkan ada upaya mengubah ideologi negara dengan khilafah. Meskipun HTI sudah dibubarkan, Pancasila hingga hari ini dalam ancaman. “Perlu kita pahami Pancasila adalah sebagai dasar negara dan Pancasila sebagai ideologi bangsa,” tutur Boedi Djarot saat menjadi narasumber.

Lebih jauh ia menguraikan, Pancasila sebagai dasar negara berarti Pancasila sebagai sumber hukum. Maka untuk pengamanan negeri ini apabila terjadi kekisruhan adalah tanggungjawab TNI dan POLRI.

Dicontohkan dengan petistiwa yang terjadi di Papua saat ini TNI dan POLRI harus turun mengamankan negara dan melakukan tindakan hukum.

Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah wajib bagi bangsa ini untuk melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Berarti Pancasila dijadikan gaya hidup.

Boedi Djarot menyebutkan, dengan Jokowi menjadi Presiden dia telah mampu menerjemahkan gagasan Bung Karno. Karena Bung Karno mengajak bangsa-bangsa luar yang sepaham dengan Indonesia, tidak perlu ikut-ikutan blok Barat dan blok Timur. Indonesia punya blok sendiri yang disebut blok Maritim . Maka sejak Orde Baru hingga saat ini baru pemetintahan saat ini memiliki Menteri Kemaritiman.

Bahkan setelah Pilpres, ada pihak pihak yang sengaja mau mengajukan referendum. Benar referendum ini dilakukan ancaman bagi Indonesia. Maka dia mengajak arek-arek Suroboyo menolak referendum. Karena, ketika referendum diajukan dan diterima, maka hancurlah Indonesia. Papua akan lepas menjadi negara sendiri.

Kalau hal ini terjadi tertawalah kelompok sekutu. Ajakan hingga provokasi terjadinya referendum sangat diinginkan oleh Negeri Paman Sam, karena Presiden Jokowi telah berhasil mengembalikan Freport. Peristiwa ini yang akhirnya bisa menjatuhkan Presiden RI yang pertama Ir Soekarno dari jabatan presiden.

Mengapa ini terjadi? Awalnya, Bung Karno melakukan kunjungan ke Amerika bertemu Presiden Kennedy, dari pertemuan tersebut diketahuilah ada kerjasama membangun tambang emas di Papua. Agaknya perjanjian proyek besar ini diketahui oleh kelompok mafia besar di Amerika dan akhirnya Presiden AS itu mati tertembak, yang diduga pelakunya adalah kelompok mafia tersebut.

Tidak hanya itu, ada kelompok lain juga yang menjatuhkan Bung Karno dari kursi kepresidenan. “Maka ketika Presiden Jokowi berhasil mengembalikan Freport ke Pemerintah Republik Indonesia, kini ada saja upaya untuk memisahkan Papua dari kedaulatan Indonesia. Hal ini kalau dibiarkan dan referendum benar-benar terjadi, Indonesia akan terpecahbelah menjadi negara-negara kecil,” tegas Boedi Djarot mengajak arek Surabaya menolak referendum.

Selanjutnya, Amir selaku Ketua GBK, Oktober 2019 akan menggelar acara yang sama dalam rangka memeringati Hari Sumpah Pemuda.

(Mochamad Ircham)

banner 521x10

Komentar