Kolaborasi dan Sinergitas UMKM Ekspor Garap Pasar Furniture Ke Berbagai Negara

INILAHONLINE.COM, SEMARANG — Mardi Furniture sebuah perusahaan mebel yang dimiliki oleh Bapak Mardi dari Kabupaten Sragen kini bisa tersenyum lebar. Pasalnya, meski dalam situasi pandemi covid usahanya yang masuk klaster furniture mendapat bantuan dari Kementerian Koperasi dan UKM RI.

Mardi Furniture yang sudah masuk dalam cluster unggulan daerah dalam operasinya, produknya kini sudah bisa menembus pasar Eropa dan Australia. Oleh karena itu, dalam produksinya tidak perlu menggunakan banyak alat karena bisa memberatkan ongkos produksi.

” Kalau di ‘ factory sharing’, biaya ditanggung bersama sehingga lebih murah, mudah dan cepat,” katanya.

Mengenai keberadaan factory sharing’, menurutnya, tidak luput dari pembangunan ekosistem berupa tempat pelatihan serta koperasi sebagai agregator dan offtaker agar produk UMKM Masuk ke pasar ekspor.

“Selain itu, penting juga merekrut sumberdaya manusia yang berkompeten dan kelembagaan perlu diperbaiki,” katanya.

Terkait masalah ini, lanjutnya, diperlukan pelatihan vokasi untuk mencetak pengrajin yang berkualitas serta didukung pengembangan produk agar bisa mengikuti selera pasar.

” Bukan hanya membangun factory sharing, tetapi semuanya memperkuat tulang punggung ekonomi nasional,” paparnya.

Terkait factory sharing, lanjut dia, merupakan salah satu program prioritas Kementerian Koperasi dan UKM. Saat ini anggaran tersedia dan lahannya sudah ada, namun dari sisi koperasi harus diperkuat.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo melepas eskpor firniture ke berbagai negara di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang

” Koperasi bertugas mempertemukan UMKM dengan para buyer. UMKM tidak bisa sendiri- sendiri dengan buyer, karena posisi bergainingnya lemah. Untuk itu, perlu difasilitasi dengan koperasi lewat factory sharing,” ujarnya.

Sementara itu, factory sharing merupakan solusi bagi UMKM di klaster furniture, agar para pengrajin memiliki standar dan mutu yang sama dengan industri.

Kementerian Koperasi dan UKM RI tengah menyiapkan pembangunan ” factory sharing ” di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah untuk kluster produk unggulan ekspor furniture di daerah tersebut.

” Untuk pembangunan tersebut kementeriannya siap menggelontorkan dana sebesar Rp 13 miliar, ” ungkap Menteri Koperasi dan UKM RI Teten Masduki dalam kunjungannya di Sragen baru- baru ini.

Teten mengatakan, factory sharing merupakan solusi bagi UMKM di kluster furniture, agar para pengrajin memiliki standar dan mutu yang sama dengan industri. Dalam factory sharing tersebut pengolahan kayu, pengeringan, hingga proses setengah jadi dikerjakan dengan standar industri.

” Mengingat furniture merupakan salah satu produk unggulan ekspor, standarisasi produk sangat penting. UMKM bisa maju disana bersama-sama yang dikelola koperasi, sehingga produk UMKM punya kualitas yang tidak kalah dengan inndustri,” kata Teten.

Meski pandemi covid belum berakhir, setidaknya Pemerintah Provinsi Jateng kembali mulai gencar menggarap pasar furnitur unggulan ke berbagai negara, menyusul akan digelarnya pameran berbagai poduk UMKM Borgerhub, Belgia Desember mendatang.

Pasar ekspor mulai serius digarap yang ditandai dengan melepas 393 unit furnitur senilai Rp 113,19 juta ke Belgia. Selama 12 bulan, produk dari enam UMKM itu akan dipamerkan di Gedung Borgerhub

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah Ema Rachmawati mengatakan, rencana ekspor produk kayu ke Belgia telah dibahas sejak awal 2021. Bahkan sebelum diberangkatkan ratusan produk furnitur itu telah dikurasi untuk menyesuaikan dengan selera pasar setempat.

Menurutnya, pengiriman produk ke Belgia dilakukan pada medio tahun ini. Namun, pihak perajin mengalami kendala bahan baku. Mulanya, produk yang akan dikirim denan volume 42 feet kontainer. Namun, kali ini hanya bisa mengekspor 20 feet kontainer.

“Contohnya untuk meja dari bahan kayu fosil. Mulanya dipesan 100 unit. Namun tidak bisa memenuhi karena bahan meja dari besi, waktu itu terkendala pemenuhan oksigen untuk proses lasnya. Kan waktu itu oksigennya untuk kebutuhan rumah sakit,” ujarnya, seusai pelaksanaan ekspor di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jumat (29/10/2021).

Namun demikian, lanjutnya, kegiatan tersebut tetap dilaksanakan, mengingat, di masa pandemi Covid-19, yang mengharuskan warga bekerja dari rumah, warga Eropa tengah gandrung mengganti perabot rumah.

“Di konsumen negara itu sudah menunggu. Kalau begitu yang ada ya diberangkatkan dulu. karena di masa pandemi, orang Eropa kan bongkar rumah. Furnitur mereka diganti. Kalau lama bisa telat. Yang penting kita bisa berpameran pada Desember mendatang,” tuturnya.

Selain kendala itu, tutur Ema Rachmawati, proses ekspor ke Belgia juga terkendala biaya perkapalan. Karena, di masa pandemi, cost shipping ke luar negeri sangat mahal. Untuk biaya perkapalan dan promosi kegiatan ini, diperlukan dana sekitar 14.818,40 Euro atau Rp2.495.164.000.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam kegiatan webinar di kantor gubernuran

“Alhamdulillah Bank Indonesia dapat membantu, karena kami dari Pemprov Jateng tidak mampu memenuhi,” tuturnya.

Selain Bank Indonesia, lanjutnya, kegiatan itu turut didukung oleh Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Kamar Dagang Indonesia (Kadin) serta Belgia Codesignhub-Belgium. Ketiga organisasi ini dan Pemprov Jateng akan membentuk Badan Promosi dan Pemasaran-Codesignhub di Antwerp Belgia selama 12 bulan dan pameran online melalui platform CodesignHub.

” Untuk merealisasikan hal tersebut sebagai tahap awal telah dilaunching dan dilepas oleh Bapak Gubernur satu kontainer produk furniture Jateng ke Belgia pada 29 Oktober 2021,”tuturnya.

Apresiasi Upaya Ekspor

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi upaya tersebut dan menilai proses ekspor ke Belgia saat pandemi Covid-19, memerlukan perjuangan berat.

“Kita akan ekspor ke Belgia ini rumit minta ampun. Pertama dari UMKM-nya, kedua kontainernya sulit. Kemudian kita pikirkan biaya promosi di Belgia. Dengan lobby panjang ini merupakan hasil akhir yang bisa kita dapatkan,” ujarnya.

Ganjar berharap, dengan ekspor ini bisa membuka jalan bagi UMKM Jateng lainnya. “Ini sulit, rumit berdarah-darah. Namun hasil kerja dari kawan-kawan akhirnya berhasil. Ini akan kita replikasi, mudah-mudahan untuk kedua, ketiga, dan keempat jauh lebih baik. Insyaallah lebih gampang karena sudah ada pengalaman,” tuturnya.

Selain ke Belgia, kata Ganjar, produk UMKM Jateng juga diminati oleh tiga negara meliputi Jepang, Australia dan India. Untuk pasar Jepang, produk yang telah lolos kurasi adalah kain lukis dan kerajinan enceng gondok. Produk tersebut nantinya akan dipamerkan di pusat perbelanjaan Tsurya dan Mitsukoshi.

” Progres saat ini adalah pada tahap pengiriman sampel produk ( 12 Oktober 2021) dan seleksi, “tambah Ema.

Menurutnya, dalam pemasaran bekerjasama dengan ekspatriat sekaligus buyer, untuk penjajagan pasar Perancis.

“Saat ini dalam tahap pengiriman list produk UKM dan penjajagan pasar Pert- Australia dalam tahap diskusi awal,” katanya.

Sementara untuk pasar Sydney dan Perth di Australia, tengah dilakukan identifikasi produk food and beverage, aksesoris, handicraft, fesyen batik tulis, tenun, briket, plastik, jas hujan, dan lainya. Adapun, untuk pasar Mumbai di India produk yang diminati adalah bumbu eksotis, seperti kayu manis, jahe, kunyit, teh, kopi vanila dan merica.

” Pada kondisi saat ini sinergi dan kolaborasi merupakan suatu keharusan untuk dijalin dan dilakukan oleh semua stakeholder, sehingga UMKM Jateng akan mampu bersaing dengan pasar nasional dan global dan akhirnya mampu berkontribusi dalam mendongkrak ekonomi wilayah dan ekspor Jateng pada khususnya, “ujar Ema

Diungkapkan, berdasarkan survey yang dilaksanakan pada masa pandemi, permasalahan terbesar adalah pemasaran mencapai 49,76 persen, pembiayaan 26,53 persen, kemudian bahan baku sebesar 5 persen, produksi 0,47 persen, dan diluar itu sebesar 18,25 persen.

“Oleh karena itu, Dinas Koperaai UKM Peovinsi Jawa Tengah terus memutar otak, untuk membuka pasar seluas- luasnya bagi UMKM baik melalui online maupun offline,” tuturnya.

Meski demikian, lanjutnya, upaya yang dilakukan Dinas Koperaai dalam mendorong pemasaran baik dalam maupun luar negeri masa pandemi yaitu, pemasaran online bekerjasama dengan Gojek berupa promo banner selama dua minggu. Alhamdulillah menghasilkan omzet Rp 2,5 miliar.

” Hanya digitalisasi usaha mikro yang terdampak masa PPKM untuk onboarding pada mesin pencarian geogle bianis-Ku sebanyak 1,492 UKM dan akan ditambah,” katanya.

Salah satu kegiatan UKM Ekspo sebagai upaya meningkatkan Ekspor

Upaya lain, bekerjasama dengan Shoppe dan Toko Pedia, berupa pendampingan dan pelatihan melalui hetero Space serta TOT kepada pendamping UMKM. Penyelenggaraan UVO dengann berbagai tema, yang dilaksanakan sejak tahun 2020 sampai saat ini omzetnya mencapai kurang lebih mencapai Rp 5 miliar.

“Untuk pemasaran offline dengan menjalin atau membuka komunikasi dengan KBRI, ITPC dan Diaspora untuk penjajagan pasar ekspor,” ujarnya.

Komitmen Tingkatkan Pengembangan UMKM

Sementara itu, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santosa mengatakan, berkomitmen untuk meningkatkan pengembangan Usaha Menengah Kecil Mikro ( UMKM ) untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional.

“OJK berkomitmen untuk terus memfasilitasi pengembangan ekosistem UMKM berbasis digital, memperluas akses pembiayaan UMKM dari hulu ke hilir, melakukan pembinaan dan pendampingan UMKM serta meningkatkan literasi dan inklusi keuangan UMKM,” katanya.

Sebelumnya, lanjut dia, OJK telah melakukan berbagai program dan kebijakan mendorong perkembangan UMKM antara lain replikaai KUR Klaster dengan total penyaluran kredit Rp 140,7 triliun kepada 3,82 juta debitur, membangun ekosistem digital Bank Wakaf Mikro (BWM) yang saat ini telah berdiri 61 BWM dengan jumlah pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 72,5 miliar kepada 47,9 ribu nasabah.

Selain itu, juga menyediakan platform pemasaran UMKMMU dengan jumlah UMKM yang terdaftar sampai saat ini sebanyak 1.125 UMKM dengan 1.412 kurasi produk unggulan di platform UMKM.

” Jadi OJK ini melakukan kerjasama dengan Tim percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) hingga saat ini, terbentuk 289 TPAKD yang mendukung program Digiku serta menginisiasi pendirian Kampus UMKM,” ungkapnya.

Menurutnya, dalam memberikan ruang untuk UMKM dapat bertahan dan bangkit kembali di masa pandemi, OJK mengeluarkan kebijakan restrukturisasi melalui POJK II tahun 2020 yang diperpanjang hingga Maret 2023.

“Jadi data kredit perbankan untuk UMKM hingga Juli 2021 tercatat masih tumbuh positif sebesar 1,93 % secara yoy, dan terbanyak disalurkan oleh bank bank BUMN sebesar 58,63 %. Tapi dari total kredit UMKM ( Rp 645,2 triliun) dengan pertumbuhan positif sebesar 5,1 % secara yoy,”ungkapnya.

Direktur Bisnis Kecil dan Menengah PT Bank Rakyat Indonesia Amam Sukriyanto mewakili Himbara mengatakan, pihaknya akan terus meningkatkan pembiayaan kepada UMKM melalui berbagai program. Hingga kini Himbara telah aktif berpartisipasi mulai dari Juni 2020. Kami juga sudah menginisiasi launching digiKu.

” Dari data per 24 Agustus 2021, kami sudah menyalurkan Rp 2,45 triliun dari sisi pinjaman digital kepada 240.000 lebih debitur UMKM,”ujarnya.(Suparman)

banner 521x10

Komentar