INILAHONLINE.COM, BOGOR – Sekitar 82 hari jelang pelaksanaan Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Barat 2018 berbagai persiapan pun terus dimatangkan oleh Kontingen Kota Bogor. Selain terus mengasah kemampuan para atlet dengan latihan fisik, sejumlah program mental dan motivasi juga diberikan.
Tak hanya untuk para atlet, motivasi juga diberikan Ketua Kontingen Kota Bogor Yane Ardian dengan mengumpulkan seluruh jajaran Ketua Cabang Olahraga (Cabor), pelatih hingga manager tim.
Bertempat di ruang Paseban Sri Bima, Gedung Balaikota Bogor, Sabtu (14/7/2018), Yane Ardian memberikan arahannya bersama Walikota Bogor Bima Arya, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Eko Prabowo dan Ketua KONI Kota Bogor Benninu Argobie.
Yane memulai sambutannya dengan bercerita mengenai awal dipilihnya dia sebagai Ketua Kontingen Kota Bogor untuk ajang Porda Jabar 2018.
“Ketika pertama kali saya diminta oleh KONI untuk menjadi ketua kontingen Porda, saya sempat ragu, bahkan saya sempat menolak karena olahraga bukan bidang saya. Lalu, Pak Walikota mencoba untuk meyakinkan saya. Proses yang cukup lama, hingga akhirnya saya menemukan jawaban bahwa saya menjadi ketua Kontingen Porda tidak sendirian. Saya tidak melatih para atlet, tapi saya bersama Pemkot, KONI, pelatih, ketua cabor, manager dan lain-lain bersinergi mengelola dan memberi motivasi pacuan untuk atlet,” ungkap Yane.
Pertemuan tersebut, menurut Yane, bukan sebatas memberikan apresiasi tapi juga untuk menguatkan dan menyamakan visi. “Ketua cabor, pelatih, manager bukan orang biasa tapi mereka yang tulus dan ingin berdedikasi untuk Kota Bogor,” terang Ketua Tim Penggerak Pembina Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kota Bogor ini.
Berbicara pelatih, kata Yane, dirinya teringat kisah Mike Tyson dan pelatihnya Cus D’Amato. “Ketika itu Mike Tyson hanya sebagai bodyguard di sebuah klub malam. Lalu bakat Mike Tyson ditemukan oleh D’Amato dan dilatih. Saat itu Mike Tyson bilang, ‘Saya hanya butuh uang’. Tapi D’Amato menjawab, ‘Saya tidak akan memberikan kamu uang, tapi saya akan menjadikan kamu juara tinju dunia’. Proses latihan demi latihan dilakukan oleh mereka dan akhirnya Tyson menjadi apa yang diharapkan pelatih, yakni juara dunia tinju,” cerita Yane.
“Artinya peran pelatih itu sangat luar biasa. Tanpa D’Amato, Mike Tyson mungkin tak akan menjadi salah satu petinju kelas berat yang fenomenal di dunia. Bisa saja Tyson berakhir sebagai seorang bodyguard di sebuah klub malam,” tambahnya.
Setelah kematian D’Amato, lanjut Yane, karier tinju Tyson memang semakin brilian. Namun, di sisi lain kehidupan pribadinya tak ada yang membimbing sehingga keluar jalur. Ia terlibat kasus kriminal yang membuatnya pernah masuk penjara. “Sehebat-hebatnya atlet, kalau tidak didampingi oleh pelatih maka keahliannya, kebisaannya, tekniknya, jurusnya, pasti ke mana-mana. Itu tugasnya para pelatih membuat atletnya on the track,” imbuh dia.
Yane juga merasa bangga atas dukungan dan sinergi berbagai pihak mulai dari pemerintah hingga swasta sehingga kucuran anggaran untuk Kontingen Kota Bogor bisa terealisasi. “Angka-angka yang ditawarkan kepada atlet menurut saya sudah sangat menggiurkan. Meskipun kembali ke cerita Mike Tyson dan pelatihnya bahwa uang bukanlah segalanya. Tapi saya ingin juga pelatih di Kota Bogor ini jangan sampai menyemangati atletnya hanya dengan uang ‘Ayo 70 juta. Ayo terus 70 juta,’ tidak seperti itu,” tandasnya.
Mengenai kegiatan character building yang diikuti seluruh atlet di Markas Pusdikzi Kota Bogor, Yane mengatakan, kegiatan tersebut bukan saja lebih kepada melatih fisik semata. Namun menempa mental sekaligus ingin mengetahui sampai sejauh mana kecintaannya terhadap Kota Bogor.
“Saya merinding ketika melihat mereka mencium bendera merah putih. Saya melihat ini adalah tanda bahwa mereka kelak akan menjadi atlet nasional dan berprestasi bahkan hingga di dunia,” pungkasnya. (ian Lukito)
Komentar