INILAHONLINE.COM, SEMARANG – PT PHapros Tbk sebuah perusahaan BUMN yang bergerak di bidang farmasi dan obat-obatan, yang lokasinya berada di Semarang Barat akan mengembangkan sayap bisnisnya di bidang kosmetik, makanan dan minuman, meski usaha ini sebelumnya belum diakomodasi.
”Usaha lain ini sebagai penambahan lini bisnis perusahaan pelat merah tersebut dalam jangka waktu lima tahun, sehingga usaha bisnis ini menjadi kesepakatan didalam melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahun buku 2017,”ujar Direktur Utama PT Phapros Barokah Sri Utami di di Hotel Gumaya, Kamis (26/4/2018).
Menurutnya, penambahan ruang lingkup bisnis kosmetik tersebut tidak lepas dari tingginya potensi pasar. Apalagi saat ini kosmetik tidak hanya identik dengan kaum hawa, sehingga tidak sedikit pria juga menggantungkan diri pada produk kosmetik untuk menunjang penampilannya.
Sedangkan produk yang akan dibuat adalah anti aging (anti keriput) yang menggunakan bahan alami. Sementara penelitian mengenai produk kosmetik anti aging kini pun sudah dimulai.
”Produk kosmetik anti keriput ini, sudah ada hilirisasi dari penelitiannya yang menggunakan bahan alami,”katanya.
Ia mengharapkan, pengembangan bisnis baru tersebut dapat menyumbangkan minimal 1 persen dari kesehatan penjualan. Namun untuk bisnis baru ini bisa diperoleh konribusi sebesar 1 persen saja sudah baik.
”Diharapkan pengembangan bisnis baru ini bisa berkembang dan tumbuh menjadi besar,”katanya.
Butuh MOdal IPO Rp500 Miliar
Sementara Direktur Keuangan PT Phapros Heru Marsono membutuhkan modal dari initial public offering (IPO) hingga sebesar Rp 500 miliar. Hasil dari pelepasan saham tersebut rencananya untuk mengembangkan bisnis baru sebesar Rp 300 miliar.
”Jadi untuk membangun bisnis baru ini, membutuhkan dana yang cukup besar,”paparnya.
Mengenai lokasi yang lain sebesar Rp 150 miliar, menurut Marsono, digunakan untuk peremajaan mesin baru. Sisanya akan digunakan sebagai modal kerja untuk meningkatkan penjualan hingga dobel digit.
”Diharapkan PT Phapros dapat melakukan listing ke bursa saham pada 2019 mendatang. Untuk April 2017 kami sudah menunjuk underwriter dan rencananya sekitar bulan Agustus sampai Oktober 2019 bisa mendapatkan modal dengan melepas 20-30 persen saham,”ujarnya.
Kendati demikian, lanjutnya, dalam RUPS juga disepakati pembagian deviden sebesar Rp 87,7 miliar. Angka ini merupakan 70 persen dari laba bersih perusahaan di tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 125 miliar.
”Yang jelas kinerja Phapros tahun lalu dikata cemerlang, karena berhasil mencatatkan pertumbuhan laba sebesasr 44 persen. Di sisi lain pertumbuhan industri farmasi nasional minus dua persen,”ujarnya.
Terkait masalah penjualan, ia menambahkanm sepanjang tahun 2017 lalu Phapros berhasil membukukan penjualan mencapai Rp 1 triliun atau naik 23 persen dibandingkan tahun sebelumnya (2016) sebesar Rp 816 miliar.
”Dari semua produk farmasi segmen obat generik berlogo (OGB) menyumbang kontribusi terbesar, dengan angka penjualan Rp 521 miliar atau sekitar 52 persen. Jadi Earning per share (EPS) pada 2017 lalu juga mengalami kenaikan dari Rp 500 menjadi Rp 750,”tandasnya.(Suparman)
Komentar