INILAHONLINE.COM, PATEAN-KENDAL
“Kalau sehari uang saku putra-putri Bapak Ibu rata-rata adalah Rp 5.000,00 bila dikumpulkan selama liburan sekolah 2 minggu berarti sekitar Rp 60.000,00 sedangkan harga buku bacaan Rp 5.000,00 – Rp 10.000,00 sudah dapat. Saya kira semua wali murid mampu untuk membelikan putra putrinya buku dan bila berkenan dapat menyumbangkan ke sekolah sehingga dapat dipakai bergantian,” begitulah kata-kata rasional dari Kepala SDN 2 Kalilumpang Patean, Ibu Robingah saat menjelaskan kepada seluruh wali murid dalam sosialisasi program Gerakan Literasi Sekolah.
Manarik apa yang dilakukan oleh SDN 2 Kalilumpang Kecamatan Patean Kabupaten Kendal saat memasuki awal semester2 tahun 2019 ini. Sekolah di tengah perkebunan karet yang diapit pegunungan ini ternyata memiliki cara unik untuk menggiatkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Kenyataan bahwa kekurangan buku bacaan siswa merupakan masalah utama dalam GLS dapat mereka solusikan dengan sebuah gerakan menarik. Gerakan yang mereka lakukan mereka sebut sebagai gerakan Satu Buku Satu Anak atau disingkat Saku Sanak.

Gerakan Saku Sanak mereka mulai usai sekolah mendapatkan pelatihan dari Program PINTAR Tanoto Foundation untuk Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Setelah pelatihan mereka mendapatkan kesempatan untuk pendampingan dan membuat rencana strategis pengembangan sekolah. Dalam pertemuan tersebutlah disepakati gerakan ini.
“Pada hari pertama masuk sekolah, orang tua/wali murid kelas 1, 2, dan 3 datang semua. Mereka kita berikan waktu sekitar 30 menit untuk membacakan sebuah buku yang telah mereka beli kepada anaknya masing-masing. Mereka semua datang dengan semangatnya lalu membacakan buku. Ada yang dibaca di pangkuan. Ada yang di sampingnya. Terlihat menyenangkan dan mungkin ini momen yang langka setelah sekian lama mereka mendidik anak-anaknya,” ungkap Ibu Robingah sambil menahan haru.
Setelah mereka membacakan buku, buku tersebut ternyata seluruhnya disumbangkan kepada sekolah. Buku tersebut selanjutnya dikelola oleh sekolah untuk mengembangkan program budaya baca. Sekolah juga telah menyiapkan jurnal baca untuk mengetahui perkembangan membaca siswa setiap harinya. Jurnal tersebut akan dikelola masing-masing wali kelas.
Ketua Komite SDN 2 Kalilumpang Kasiyanto menyampaikan bahwa inisiatif program ini memang dari sekolah. Namun yang tidak disangka adalah respon dari wali murid. Program yang awalnya dibuat sederhana ternyata mereka menyambutnya dengan semangat.
“Awalnya kami membentuk pengurus paguyuban kelas sesuai dengan arahan dari kepala sekolah, setelah itu kami membuat program-program pengembangan sekolah. Salah satunya membuat kelas yang ramah anak dan membuat sudut-sudut baca di kelas. Rencana awal hanya di kelas 4 saja dulu sebagai percontohan. Namun ternyata, setelah mendengar program ini, semua kelas lewat paguyuban berlomba untuk melakukan. Mereka sampai lembur dan semua dana dari mereka sendiri,” tutur Kasiyanto dengan semangat.
“Untuk menempatkan buku-buku bacaan anak, wali murid juga saling berkreasi membuat rak buku dari kayu bekas di gudang sekolah yang sudah tidak terpakai lagi. Kemudian rak buku tersebut ditempatkan di pojok baca”, tambah Bu Robingah.

Program ini dapat berjalan dengan efektif karena adanya pengurus paguyuban kelas yang pro aktif. Setiap ada informasi dan rencana pengembangan sekolah selalu didiskusikan dengan komite dan pengurus. Setelah disepakati baru disampaikan kepada orang tua/wali murid. Tak terkecuali program Saku Sanak ini. Awalnya juga di bicarakan antara pengurus paguyuban dengan sekolah kemudian baru disampaikan kepada semua warga sekolah.
Program PINTAR Tanoto Foundation sebagai mitra Kabupaten Kendal, mendampingi sekolah-sekolah mitra percontohan untuk dikembangkan baik pada ranah manajemen sekolah, budaya baca maupun pembelajaran aktif. Di Kendal ada 24 SD/MI dan SMP/MTs yang didampingi. Selama kurun waktu pendampingan mereka akan didampingi sepenuhnya dan setelah dinilai memiliki efek perkembangan positif praktik-praktik yang baik di sekolah akan dikembangkan dan disebarluaskan kepada sekolah lain di seluruh Kendal.
(CJ/Ardi K Wardono)
Komentar