INILAHONLINE.COM, BABAKANMADANG – Bupati Bogor, Hj. Nurhayanti membuka Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) Kabupaten Bogor tahun 2018 dalam rangka peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH) di Kabupaten Bogor melalui peningkatan mutu layanan Eliminasi TB, penurunan Stunting dan pencapaian cakupan Imunisasi, Rakerkesda bertempat di Hotel Olympic Renotel Sentul, Babakan Madang, pada Selasa (15/5/2018).
Dalam sambutannya Bupati Bogor mengatakan dalam kaitannya dengan penciri angka harapan hidup termasuk tertinggi di Indonesia, kita terus berupaya agar targetnya terpenuhi sesuai harapan. Hingga tahun 2017, angka harapan hidup Kabupaten Bogor adalah 70,77 tahun, lebih tinggi dari angka harapan hidup Nasional yang sebesar 70,1 tahun, angka ini perlu terus ditingkatkan, tidak saja demi tujuan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat, akan tetapi juga untuk menunjukkan bahwa mutu layanan kesehatan dan kondisi sosial masyarakat Kabupaten Bogor semakin membaik, disertai kemajuan berbagai bidang seperti teknologi, ekonomi dan budaya yang turut mendongkrak angka harapan hidup.
“Umur harapan hidup sesungguhnya merefleksikan upaya kita bersama dalam menangani berbagai aspek pembangunan kesehatan, termasuk aksesibilitas dan kualitas layanan kesehatan, pemberantasan berbagai penyakit yanh mempengaruhi umur harapan hidup serta edukasi masyarakat tentang pencegahan penyakit dan penerapan paradigma sehat Kabupaten Bogor Termaju, “katanya.
Ia juga mengatakan sesuai dengan topik kajian Rakerkesda terdapat empat prioritas masalah yang perlu mendapat perhatian bersama dalam meningkatkan umur harapan hidup ini, yakni peningkatan mutu layanan eliminasi Tuberkulosis, penurunan Stunting dan pencapaian cakupan imunisasi.
“Untuk peningkatan mutu layanan kesehatan, saya minta perhatian khusus terhadap akses pelayanan kesehatan, pemerataan akses pelayanan, standarisasi layananan kesehatan, penguatan sistem rujukan, serta pelibatan pemangku kepentingan dan lintas sektor dalam penyelenggaraan program kesehatan, “tambahnya.
Nurhayanti juga mengungkapkan berkaitan dengan eliminasi tuberkulosis, kita memiliki program Toss TBC, yakni ditemukan obat sampai sembuh penderita Tuberkulosis antara lain melalui kegiatan para kader kesehatan melakukan kunjungan untuk menemukan kasus terduga tuberkulosis serta memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan pengendalian tuberkulosis.
“Upaya ini perlu diintensifkan secara lebih komprehensif dan holistik dengan melibatkan lintas sektor, mulai dari penemuan kasus, deteksi dini dan diagnosis sampai terapi, “katanya.
Demikian pula dengan kasus gizi buruk pada balita, kata Bupati Bogor tidak hanya mempengaruhi kualitas kehidupan dan menimbulkan gangguan berupa stunting, akan tetapi juga mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas di masa dewasanya yang tentunya menjadi faktor penting kualitas generasi penerus.
“Penanganan masalah gizi bukan hanya berkaitan dengan pangan sebagai sumber gizi yang merupakan produk pertanian, perdagangan dan perindustrian melainkan merupakan rantai yang juga terhubung dengan beragam aspek lainnya, seperti pendidikan, agama, kependudukan, perlindungan anak, ekonomi, kesehatan, pengawasan pangan, budaya dan lain sebagainya,”imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kabupaten Bogor Tri Wahyuni menjabarkan rapat kerja kesehatan daerah tingkat Kabupaten Bogor 2018 ini, merupakan tindak lanjut dari rapat kerja kesehatan tingkat Nasional dan tingkat Provinsi Jawa Barat. Seperti kita ketahui bahwa pembangunan kesehatan adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan serta kemampuan setiap individu agar dapat berprilaku hidup sehat, bagi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
“Untuk mewujudkan hal tersebut, maka diperlukan perencanaan pembangunan kesehatan yang sistematis, terarah, terpadu yang menyeluruh, serta dibutuhkan keterlibatan seluruh sektor terkait,”ujarnya. (Basir)
Komentar