INILAHONLINE.COM, BOGOR – Ada empat kelurahan di kota Bogor penymbang terbanyak kasusu Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bogor dr Sri Nowo Retno kepada wartawan, Jumat (9/12/2022).
“Ada empat wilayah di Kota Bogor yang menyumbang kasus DBD tertinggi selama periode Januari-November 2022,” ujarnya.
Menurut Retno, keempat wilayah itu tersebar di dua kecamatan, yakni Kecamatan Bogor Timur ada di Kelurahan Katulampa dan Baranangsiang. Kemudian, Kecamatan Bogor Selatan di Kelurahan Cikaret dan Mulyaharja.
“Sampai bulan November penyebaran kasus DBD terbanyak di wilayah Kota Bogor pada tahun 2022 yaitu di Kelurahan Katulampa di temukan sebanyak 92 kasus DBD,” katanya.
Kemudian kelurahan tertinggi lainnya tercatat ada di Kelurahan Cikaret sebanyak 60 kasus DBD. Serta di Kelurahan Mulyaharja dan Baranangsiang sebanyak 50 kasus DBD. Dimana, menurutnya, rata-rata usia yang terjangkit Demam Berdarah di wilayah Kota Bogor yaitu retang usia 5-14 tahun.
Retno mengakui, salah satu penyebab penyebaran kasus DBD masih tinggi di wilayah Kota Bogor, karena masih kurangnya kepedulian masyarakat untuk melakukan upaya preventif penularan penyakit DBD di wilayah Kota Bogor Apalagi, angka bebas jentik nyamuk di wilayah Kota Bogor pada bulan November masih di 94,11 persen.
Untuk itu, Dinkes Kota Bogor dibantu Puskesmas di wilayah Kota Bogor akan melakukan penanganan untuk penurunan angka DBD, yaitu dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian vektor nyamuk Aedes Aegypti sesuai Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), dengan melaksanakan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara mandiri satu minggu sekali.
“Mengaktifkan G1R1J di lingkungan rumah tempat tinggal dengan cara mengajak keluarga untuk melakukan 3M plus di rumah masing-masing, dan berkoordinasi untuk membentuk jumantik lingkungan, koordinator jumantik dan supervisor jumantik,” terangnya.
Selain itu, pihaknya juga akan meningkatkan upaya 3M plus menguras, menutup dan memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, juga menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
“Termasuk menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk dan menggunakan anti nyamuk semprot maupun oles bila diperlukan,” imbuh Retno.
Selain itu, Dinkes juga melakukan kegiatan pengasapan atau fogging menggunakan insektisida hanya mampu membunuh nyamuk dewasa untuk wilayah yang tercatat terjangkit Demam Berdarah.
Sebelumnya diketahui, Dinkes Kota Bogor mencatat jumlah warga terjangkit DBD di Kota Bogor mengalami kenaikan pada 2022. Berdasarkan catatannya, selama Januari-November tahun 2022, ada sebanyak 1.428 warga Kota Bogor yang terjangkit DBD.
Tak hanya itu, delapan orang lainnya dinyatakan meninggal dunia akibat penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Adapun rincian 1.428 kasus DBD berdasarkan catatan yang dikeluarkan Dinkes Kota Bogor, diantaranya pada bulan Januari ada 129 kasus, Februari 75 kasus, Maret 155 kasus, April 151 kasus.
Kemudian, Mei 116 kasus, Juni 135 kasus, Juli 135 kasus, Agustus 115 kasus, September 136 kasus, Oktober 132 kasus, hingga November 149 kasus. (Humas Dinkes Kota Bogor)
Komentar