INILAHONLINE.COM, BOYOLALI – Selasa (17/7) pukul 02.00 WIB, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP melepas jemaah haji kloter 1 embarkasi soc Adi Soemarmo Solo. Pelepasan ratusan jemaah calon haji itu dilakukan di Gedung Muzdalifah, Asrama Haji Donohudan.
Kakanwil Kemenag Jateng Farhani yang juga Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Solo dalam laporannya menyampaikan, tahun ini embarkasi Solo memberangkatkan total sebanyak 33.364 jemaah. Jumlah tersebut terbagi dalam 95 kloter, yang terdiri dari 86 kloter dari Provinsi Jawa Tengah, dan 9 kloter dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Lebih detil Farhani menjelaskan, apabila dengan petugas daerah dan petugas kloter, total yang diberangkatkan sebanyak 34.112 jemaah, di mana 30.231 merupakan jemaah dari Jateng dan 3.133 jemaah dari DIY. Angka itu meliputi 33.364 calon jemaah haji, 273 petugas daerah dan 475 orang petugas kloter.
“Petugas kloter dari Jawa Tengah 430 orang, dari DIY 45 orang, petugas daerah TPHD Jawa Tengah 248 orang, dan TPHD DIY 25 orang,” ujar dia.
Pemberangkatan jemaah calon haji dimulai tanggal 17 Juli 2018 hingga 15 Agustus 2018 mendatang. Sedangkan masa pemulangan jemaah haji dimulai pada tanggal 26 Agustus 2018 sampai 25 September 2018.
Ditambahkan, mulai tahun ini, pemeriksaan biometrik dan finger print dilaksanakan di seluruh embarkasi di Indonesia. Tahun sebelumnya, selalu dilaksanakan di bandara kedatangan di Mekah dan Jeddah, Arab Saudi. Pemeriksaan di Arab Saudi memakan waktu lama karena seringkali terkendala dengan bahasa.
Gubernur Ganjar Pranowo menilai, pemeriksaan biometrik di embarkasi di tanah air, memberi keringanan tahapan di Arab Saudi. Dirinya menerima laporan, butuh waktu dua sampai tujuh menit bagi calon haji untuk melalui pemeriksaan biometrik. Namun, menurutnya itu bukan kendala karena petugas hanya belum terbiasa.
“Kalau kita sudah cek di sini, sebenarnya membantu meringankan tahapan yang ada di sana (Arab Saudi). Semua itu butuh kebiasaan saja. Butuh kecepatan, butuh latihan dan itu hal yang biasa saja. Ini kan mendigitalkan, membuat elektronik dan membikin akurat,” tuturnya.
Ganjar yakin, para petugas lambat laun akan menemukan ritmenya. Sehingga, pemeriksaan biometrik berikutnya bisa lebih cepat.
Ia juga berharap, pelayanan terhadap penyelenggaraan haji di Jawa Tengah tahun ini semakin baik. Apalagi, tahun lalu penyelenggaraan haji di Jateng dinyatakan sebagai yang terbaik.
Pada kesempatan itu, dia juga berpesan pada jamaah calon haji yang belum berangkat untuk menjaga kesehatan, selalu membawa dokumen pribadi dan antarkelompok mesti terikat antara satu dengan yang lain.
“Nanti dalam satu kelompok mereka mesti betul-betul terikat dengan kelompok yang lain. Kalau suka misah-misah biasanya mereka tersesat, lupa jalan pulang, ketemu dengan orang, tasnya dipinjem. Kejadian-kejadian kecil, tapi kadang merepotkan. Saya harapkan mereka tidak segan bertanya karena tim pendampingnya Insyaa Allah semua sudah siap,” pinta dia.
Sementara itu, Dirjen pencegahan dan pengendalian penyakit Kemenkes dr Anung Sugihantono Mkes menyambung, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan jamaah calon haji agar kesehatannya terjaga. Antara lain harus sering minum karena suhu di Arab Saudi mencapai 40 sampai 50 derajat celcius atau 1,5 kali dengan kondisi suhu di tanah air. Kemudian menggunakan masker pelindung, menjaga kebersihan lingkungan sendiri dan mengkonsumsi makanan yang sudah disediakan pemerintah.
“Yang lansia, yang mengenakan gelang dengan warna tertentu, khususnya yang orange dan merah, mohon untuk selalu komunikasi dengan tenaga kesehatan kami disana. Jangan paksakan diri untuk melakukan sesuatu apabila tenaga kesehatan maupun pendamping tidak menganjurkan hal itu dilakukan,” pesannya.
Diketahui jemaah calon haji tertua dari Jateng yakni Qoyyimah Ahmad warga Boyolali dengan usia 91 tahun, 5 bulan atau lahir 1 Maret 1927. Jemaah termuda atas nama Aulia fitrianti munajah Taufik Asrori, umur 18 tahun 3 bulan, tanggal lahir 8 mei 2000 besaral dari Banyumas.(Suparman)
Komentar