InilahOnline.com (Kota Bogor) – Pada tanggal 12 Desember 2017, Perguruan Pencak Silat Padjadjaran Nasional (PPSPN) berusia 89 tahun, usia yang sudah hampir mendekati satu abad. Didirikan oleh K.R.H. Achmad Kartakusuma atau dipanggil dengan Eyang Guru pada tanggal 12 Desember 1928 di Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor. Perguruan ini telah melahirkan pendekar-pendekar yang tersebar se-antero Nusantara. Bahkan, juga tersebar di luar negeri seperti Belanda dengan pendirian berbagai Cabang Istimewa PPSPN.
Dalam rangka memperingati Milad ke 89, sebanyak 200 pendekar dari para pengurus dan cabang se-Jabotabek, Cirebon dan Kuningan yang mewakili dari derah masing-masing, mereka berkumpul untuk menggelar tasyakuran miladnya PPSPN. Bertempat di aula ruko Jungle Water park BNR, Mulyaharja, Bogor Selatan, Kota Bogor, Sabtu (16/12/2017).
Ketua panitia Milad PPSPN ke 89 Eka Rahman mengatakan, acara tasyakuran milad PPSPN ke 89 baru bisa diadakan pada hari sabtu (16/12) dikarenakan salah satu sesepuh PPSPN telah meninggal dunia.
“Sesepuh kami baru saja meninggal dunia, dan kami semua masih dalam keadaan berkabung,” tutur Eka saat diwawancarai inilahonline.com, Sabtu (16/12/2017) lalu.
Eka menceritakan awal berdirinya PPSPN, Perguruan ini didirikan pada tanggal 12 Desember 1928 di Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor, oleh K.R.H. Achmad Kartakusuma atau dipanggil dengan eyang guru. Sebelumnya eyang guru menjadi pendekar utama di Perguruan Pencak Silat Pusaka Karuhun. Setelah guru besar perguruan tersebut wafat, tidak ada pengganti guru besar, karena eyang guru sangat menghormati gurunya dan merasa belum cocok menjadi guru besar.
Lalu, eyang guru kemudian pergi beberapa tahun untuk mencari tambahan pengetahuan dan hasilnya beliau mendirikan perguruan baru dengan nama Perguruan Pencak Silat Padjadjaran. Nama Padjadjaran dipakai sebagai penghormatan orang Sunda terhadap Kerajaan Padjadjaran di Jawa Barat.
Pada tahun 1956 eyang guru wafat di Bogor. Sebelum beliau meninggal menunjuk cucunya R. Moch. Yusuf untuk menjadi guru besar. Guru besar yang berikutnya adalah R. Iing Lesmana dan R. Subarta. Guru besar terakhir yang ke-5 adalah Tb. Moch. Siddiq Sakabrata yang tinggal di Bogor.
“Pencak silat padjadjaran nasional sendiri di indonesia sudah ada 15 cabang, dari mulai jawa barat, jawa tengah, NTT, Timur leste dan ada diluar negeri yaitu belanda, serta beberapa daerah lainnya,” ungkapnya.
Eka melanjutkan, Siddiq Sakabrata lahir di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, pada tanggal 13 Maret 1928. Beliau pada usia 8 tahun dibawa ayahnya nyantri ke Eyang Guru. Di samping belajar beliau juga sangat berminat untuk belajar pencak silat. Siddiq Sakabrata berlatih pencak silat hingga diangkat menjadi guru besar. Pada tahun 1972 setelah guru besar R. Subarta wafat Siddiq Sakabrata diangkat menjadi guru besar.
Pada bulan November 1997 TB. Moch Siddiq Sakabrata wafat karena sakit. Kepemimpinan perguruan diputuskan untuk dipegang oleh Dewan Pendekar. Sementara Dewan Pendekar tertinggi saat itu adalah A. Sudarman yang juga memiliki kemampuan teknis kepemimpinan.
“Kami disini hanya bisa melestarikan budaya dan menjaganya, oleh karena itu saya berharap kepada anak-anak Indonesia agar selalu menjaga dan melestarikan budaya kita sendiri, jangan pernah kita terpengaruh oleh budaya luar yang kurang pas dengan budaya kita,” harapnya.
“Jika seorang pesilat memiliki rasa asih (kasih sayang), maka dia telah miliki budi pekerti (akhlak) yang baik dan jika sudah memiliki asih dan budi pekerti, maka dia harus bakti (mengamalkan), jika sudah memiliki rasa asih, budi pekerti, dan bakti, maka dia menjadi Sakti,” tandasnya. (ian)
Komentar