InilahOnline.com (Cisolok-Sukabumi) – Baraya Kujang Pajajaran (BKP) mengikuti perhelatan adat Sunda “Seren Taun 2017” yang diselenggarakan oleh Kasepuhan Adat Cipta Mulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi pada Sabtu dan Minggu (16-17/9/2017) lalu.
Sesepuh Baraya Kujang Pajajaran, Wahyu Affandi Suradinata kepada wartawan di Bogor Minggu (24/9/2017) mengatakan, BKP hadir atas undangan resmi dari Sesepuh Kasepuhan Cipta Mulya, Abah Hendrik.
“Sejak lima tahun lalu, setiap seren taun Abah Hendrik selalu mengundang komunitas pemegang kujang ageman Pajajaran untuk hadir. Namun baru kali ini kami baru bisa memenuhi undangan beliau,” ujar Wahyu.
Pada Seren Taun yang dipusatkan di lapangan Kampung Adat Cipta Mulya, BKP mengirimkan 15 orang utusan. Delegasi BKP dipimpin oleh Wahyu Affandi Suradinata, dan Syarif Bastaman.
Seren Taun yang digelar secara rutin setiap tahun oleh Kasepuhan Cipta Mulya, sebagai upacara adat dan syukuran para petani atas panen padi.
Serentaun dilaksanakan dengan “ngangkut pare” alias mengangkut padi ke lumbung padi atau leuit menggunakan pikulan khusus yang dikenal dengan rengkong.
Selama padi diangkut menuju lumbung, rombongan pengangkut diiringi dengan tabuhan musik Taji dan angklung, kemudian dimeriahkan musik lesung.
Setiap kampung adat memiliki dua lumbung padi. Lumbung utama terdiri dari leuit si jimat, indung dan inten. Leuit sendiri artinya adalah lumbung padi. Sementara lumbung yang kecil dikenal sebagai leuit leutik.
Padi yang disimpan masyarakst tersebut sebagai benih, akan diambil kembali saat musim tanam selanjutnya tiba.
“Seren taun adalah upacara adat yang diwariskan secara turun temurun sejak zaman Kerajaan Pajajaran. Masyarakat kampung-kampung adat yang berada di kawasan Taman Nasional Halimun Salak dahulunya adalah keturunan keluarga besar Pancer Pangawin alias pasukan pengamanan raja Pajajaran yang berubu kota di Bogor,” beber Wahyu.
Syarif Bastaman menambahkan, tradisi seren taun yang rutin digelar setiap tahun oleh Kasepuhan Adat Cipta Mulya, dan 70-an kasepuhan adat lainnya di wilayah Gunung Halimun Salak perlu terus dilestarikan.
“Cara bertani masyarakat adat Sunda adalah cara bercocok tanah yang sangat memperhatikan kelestarian alam. Ini adalah warisan nilai yang dicontohkan para leluhur Sunda,” tegas Syarif.
Sekretaris BKP, Ahmad Fahir mengharapkan pemerintah memberikan proteksi terhadap kampung-kampung adat tersebut, agar dapat bertahan mengikuti perkembangan zaman.
“Kegiatan seren taun merupakan warisan kekayaan budaya bangsa yang perlu dijaga dan dipertahankan,” ungkap Fahir.
Sementara itu, saat rombongan BKP diterima oleh Sesepuh Cipta Mulya, dilakukan pertukaran cendera mata. Sesepuh BKP Wahyu Affandi menyerahkan kujang Pajajaran sebagai ciri khas komunitas pemegang ageman kujang tersebut, sedangkan Bah Hendrik memberikan “kaneron” alias tas adat Sunda hasil kerajinan masyarakat adat Cipta Mulya. (Iqbal)
Komentar