InilahOnline.com (Magelang-Jateng) – Pemerataan pembangunan secara merata ke seluruh pelosok wilayah Indonesia bakal ditergetkan pertumbuhan ekonomi di angka 5,4 persen pada tahun 2018 mendatang. Meski sejauh ini masih terdapat beberapa hal detail yang akan terus diperbaiki oleh pemerintah.
”Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan sinergi yang apik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah mulai tingkat provinsi,kabupaten/kota, kecamatan hingga desa,”kata Wakil Menteri Keuangan RI Mardiasmo saat diskusi panel dalam acara ‘The 1st Indonesia International Microfinance Forum 2017’ di Gedung AH Nasution Komplek Akademi Militer Magelang, Sabtu (18/11/2017).
Menurutnya, problematika yang belum bisa diatasi salah satunya adalah tingkat kemiskinan yang terus saja terjadi.Oleh karena itu, berbicara masalah kemiskinan masih menjadi problem klasik negara.
”Untuk mengatasi itu, Kementerian Keuangan menjembatani dengan program ‘Umi’ atau ‘Ultra Mikro Financing’ yang dapat menyentuh lapisan masyarakat bawah, dengan kebutuhan penyaluran kredit nominal kecil berkisar antara Rp 2 juta sampai Rp 3 juta,”paparnya.
Namnum demikian, menurutnya, masih banyak dari masyarakat kalangan bawah yang membutuhkan akses pinjaman perbankan dengan nominal kecil. Seperti salah satunya pedagang makanan, tetapi berbeda dengan nasabah KUR yang memiliki pinjaman di kisaran angka Rp 10 juta sampai Rp 15 juta.
”BPD melalaui ASBANDA, harus secepatnya masuk kepada kalangan bawah, agar pembangunan di desa dapat segera terwujud sesuai harapan Presiden Joko Widodo,”ujarnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UMKM RI Yuana Setyowati mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 ini tercatat masih berada di angka 5,2 persen. Dari angka itu, sektor UMKM memiliki andil yang sangat besar. Hal ini tidak lepas dari data BPS yang menyebutkan jumlah unit usaha UMKM mencapai 59,2 juta atau 99 persen dari total unit bisnis yang eksis di Indonesia.
”Dari jumlah diatas 80 persen masih belum terlayani oleh lembaga keuangan formal. Tapi kita masih punya harapan untuk memberikan subsisi bunga KUR, yang saat ini mencapai 9 persen per tahun menjadi 7 persen per tahun di bulan Januari 2018 mendatang,”jelasnya.
Kepala Departemen Regional II Bank Indonesia Dwi Pranoto mengklaim, terdapat sebuah formula strategi untuk menengahi masalah pertumbuhan ekonomi. yaitu FAST atau singkatan dari Fasilitas, Aksesbilitas, Sinergitas dan Teknologi Digital. Terlebih terdapat celah lantaran saat ini pertumbuhan ekonomi dunia tengah membaik dan Indonesia berada di urutan ke tiga setelah India an China.
”Ini peluang agar kita bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara di angka 5,5 persen pada tahun depan. Dengan catatan adanya pemerataan terutama di wilayah Indonesia bagian timur,”ujarnya.
Dijelaskan, selama ini persoalan yang membelit dunia bisnis UMKM Indonesia, tidak lepas dari masalah permodalandan pemasaran.Terlebih terdapat problematika ‘missing in the middle’ atau kesulitan untuk bergerak naik. Padahal, negara lain sudah memiliki kekuatan utama di bagian tengah dari sektor tersebut.
”Maka dari itu, harapan kita akan terjadi penurunan bunga kredit di angka kurang lebih 7 persen per tahun,”harapnya.
Di lain pihak, salah satu peserta diskusi panel yang juga praktisi lapangan, M Syahroni asal Lampung mengaku, problem yang terjadi di masyarakat selama ini adalah banyaknya pilihan pembiayaan, namun hanya fokus pada masalah produksi sehingga belum menyentuh sampai ke masalah bagaimana mengelola produk menjadi memiliki nilai tambah.
”Nilai tambah produk juga menjadi bagian yang penting dari sektor UMKM. Oleh karena itu, hulu dan hilir harus dipikirkan secara matang,”paparnya. (Suparman)
Komentar