INILAHONLINE.COM, KENDAL
Kawasan Industri Kendal (KIK) mulai berkembang dengan baik, setidaknya sebanyak 50 investor baik nasional maupun mancanegara, memastikan bakal membangun sejumlah pabrik di Kawasan Industri Kendal (KIK) dengan total investasi senilai Rp 7,3 triliun.
President Director & CEO KIK Stanley Ang mengatakan, jumlah perusahaan asing yang berminat membangun pabrik pabrik di KIK terutama mengalami peningkatan sejak semester II/2018 lalu. Perusahaan yang berminat membangun pabrik itu, tidak hanya industri relokasi, namun lebih banyak industri baru hingga mencapai sekitar 60% dari total jumlah perusahaan yang masuk KIK.
”Hingga kini sudah sebanyak 50 investor telah memesan lahan untuk pendirian pabrik. Secara financial mereka sudah komitmen dan sudah melakukan penandatanganan akte pembelian,”ujarnya, Kamis (10/1/2019).
Menurutnya, sebanyak 50 investor itu berkomitmen segera membangun pabrik di KIK dan terctat 7 di antaranya pabriknya sudah beroperasi, disusul 3 pabrik dalam pembangunan dan 12 lainnya dalam proses kepengurusan perizinan, desain serta keutuhan yang diperlukan.
”Yang jelas kini masih melakukan pengurusan di internal perusahaan mereka dan segera selesai akhur Januari ini,”tututrnya.
Stanley menjelaskan, meski kondisi perekonomian dunia dengan ada perang dagang antara China dan Amerika Serikat, kini juga menjadi perhatian bagi investor hingga sebagian mereka masih menunggu perkembangan.
”Diharapkan para investor akan mempercepat pembangunan, setelah Pemilu April 2019 selesai atau pada semester kedua tahun ini,”paparnya.
Selama ini, lanjut Stanley, investor lokal masih mendominasi dengan kontribusi sekitar 85 persen, disusul investor dari Singapura 7 persen, Korea Selatan 2 persen, Jepang 2 persen dan Malaysia 2 persen.
”Jadi perusahaan yang sudah setuju untuk menanamkan modalnya di Kawasan Industrial Kendal, bergerak di berbagai sektor seperti tekstil, makanan, baja, furnitur, dan kabel,”katanya.
Menurutnya, sejumlah faslitas KIK juga akan ditambah termasuk melakukan pemetaan terkait dengan pemenuhan fasilitas listrik serta sarana lainnya yang belum tercukupi dengan baik.
”Kami baru lakukan maping, apakah mereka mau bikin sendiri, apa bisa cocok, atau bikin substitution, kita juga mau membikin ke arah green energi,”pungkasnya.
(Suparman)
Komentar