Coba amati situasi di sekitar rumah masing-masing, apakah jumlah kucing yang berkeliaran terasa semakin banyak? Beberapa warga di Kota Bogor menyatakan, jumlah kucing di lingkungan sekitar rumahnya memang terasa seperti bertambah. Beberapa waktu lalu Dinas Pertanian (Distani) Kota Bogor pun, menerima permintaan seorang Lurah untuk mengevakuasi kucing yang populasinya dirasa sudah mulai mengganggu.
”Dalam jumlah banyak kucing-kucing itu sampai mengganggu acara hajatan di salah satu rumah warga,” ungkap Drh, Wina MA, Kepala Peternakan Distani Kota Bogor. Ia menduga, populasi kucing bertambah seiring dengan perubahan perilaku masyarakat dalam memilih binatang peliharaan. “Banyak warga yang sekarang suka memelihara kucing ras, sehingga kucing kampung lebih banyak berkeliaran,” katanya.
Meningkatnya populasi kucing dan juga anjing, perlu disikapi dengan lebih meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap rabies.. Itulah salah satu pesan yang disampaikan Dinas Pertanian Kota Bogor, saat memperingati Hari Rabies Sedunia menjelang akhir bulan lalu.
Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, atau penyakit yang ditularkan hewan ke manusia melalui gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) atau sebaliknya. Penyakit yang disebut juga sebagai penyakit anjing gila ini, merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat atau otak yang disebabkan oleh virus rabies dari genus Lyssavirus. Ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, musang, kera, monyet dan sebangsanya
Masyarakat di 150 negara telah terjangkit rabies dan setiap tahun sekitar 55.000 orang meninggal karenanya. Jumlah kasus rabies pada manusia pertahun di beberapa negara Asia rata-rata cukup banyak. Di India misalnya 20.000 kasus, China 2.500 kasus, Filipina 20.000 kasus dan Vietnam 9.000 kasus
Di Indonesia tercatat ada 168 kasus. Dari 34 provinsi, hanya 10 provinsi yang sudah bebas rabies. Sedangkan 24 provinsi lainnya termasuk Jawa Barat masih termasuk daerah endemis rabies. Sekitar 98% kasus diakibatkan gigitan anjing dan 2% akibat gigitan kucing dan kera. Rabies pada hewan di Indonesia ditemukan sejak tahun 1884 dan pada manusia, pertama kali ditemukan pada tahun 1894 di Jawa Barat.
Menurut Drh Patriantariksina Randusari, M.Si, Kasi Kesehatan Hewan, Distani Kota Bogor, saat ini Kota Bogor termasuk daerah bebas rabies dan dalam 10 tahun terakhir tidak ditemukan kasus rabies. “Namun kita harus tetap waspada karena kita berdekatan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi yang masih belum bebas dari ancaman rabies,” katanya.
Sampai saat ini belum ada obat yang efektif untuk menyembuhkan rabies. Meskipun demikian, ”Penyakit ini dapat dicegah dengan pengenalan dini gigitan HP dan penatalaksanaan kasus gigitan secara dini,” lanjutnya.
Dalam rangka itu dan untuk mendukung program nasional Indonesia Bebas Rabies 2030. Distani Kota Bogor telah melakukan peningkatan Pelayanan Pengendalian PHMZ (Penyakit Hewan Menular Zoonosis) melalui vaksinasi rabies, sosialisasi kesehatan hewan. surveilans dan tindak respon PHMZ.
Sedangkan pada saat memperingati Hari Rabies Sedunia, telah dilakukan vaksinasi rabies dan konsultasi gratis, sosialisasi rabies dan pameran Pelayanan Medis Veteriner Kota Bogor, yang melibatkan dokter hewan mandiri, klinik hewan dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) FKH- IPB.
“Sampai September lalu telah terdaftar sebanyak 150 ekor hewan penular rabies yang didaftarkan pemilik secara langsung ke Distani dan PDHI Jawa Barat 2,” ungkap Ina. Pemeriksaan dan vaksinasi rabies, saat ini dapat dilakukan di 36 lokasi pelayanan medis hewan dan 1 Pusat Kesehatan Hewan (Puskewan) milik Dinas Pertanian Kota Bogor.
(Advertorial)
Komentar