Aktivis Peduli Lingkungan Gelar Aksi Bersih Sungai Citarum : “Citarum Tidak Harum”

INILAHONLINE.COM, BANDUNG –  Ketua Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I) Jabar Barat dan Mapala Ranger bersama  Gabungan Sahabat Walhi, Pecinta Alam, Pegiat Alam kumpul di Sektor-7 Sungai Citarum untuk Aksi Bersih Sungai Citarum dan bentangkan spanduk sambil Rafeling dari Jembatan Rancamanyar yang mengkritik Situasi Sungai Citarum ternyata belum ada perubahan ke arah perbaikan. 

“Tagline kita Citarum Tidak Harum. Sebab, saat kita lihat langsung  Sungai Citarum, kondisinya hadeuh sambil memegang kepala saya ga bisa dijelaskan dengan kata-kata lagi,” ujar Ketua Badan Kehormatan FK3I Jabar, Dedi Kurniawan.

Menurutnya, peserta aksi yang juga Ketua Badan Kehormatan FK3I Jabar dan Mapala Ranger bersama  Gabungan Sahabat Walhi, Pecinta Alam, Pegiat Alam kumpul di Sektor-7 Sungai Citarum untuk Aksi Bersih Sungai Citarum dan bentangkan Spanduk sambil Rafeling dari Jembatan Rancamanyar, di Desa Rancamanyar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang menyampaikan kritik terkait situasi Sungai Citarum ternyata belum ada perubahan ke arah perbaikan. 

Sementara itu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)  dalam kurun waktu enam tahun program Citarum Harum berjalan, sungai Citarum masih dalam kondisi rusak. Pemerintah pusat hingga pemerintah daerah berniat memulihkan kerusakan sungai faktarıya gagal.

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor : 5 Tahun 2018 yang diharapkan dapat mempercepat pengendalian pencemaran dan kerusakan daerah aliran sungai Citarum dan TNI sebagai leading sector dalam kegiatannya hanya menjadi cleam serta hanya menjadi kebohongan semata.

Dalam rangkaian kegiatan WALHI bertema Bebersih Citarum, titik kumpul di Sektor-7, Minggu (19/2024), secara organisasi WALHI menyampaikan kepada Pemerintah bahwa, pertama, kami tidak menyetujui Indonesia membawa praktik baik Citarum Harum ke World Water Forum WWF ke-10 pada 18–25 Mei 2024 di Nusa Dua, Bali.

“Program palsu Citarum Harum jangan dibawa ke World Water Forum (WWF0 di Bali. Karena WWF jangan dijadikan pemcitraan keberhasilan pemerintah Indonesia terhadap pengendalian percepatan pemulihan kerusakan sungai Citarum,” ujar  Direktur Eksekutif WALHI Jawa Barat, Wahyudin, Minggu (19/5/2024).

Menurut Wahyudin, kenapa pihaknya tidak menyetujui dijadikan claim keberhasilan di pertemuan WWF, karena menurut WALHI serta jaringan komunitas lingkungan WALHI  merespon terhadap situasi dan kondisi sungai Citarum yang faktanya hingga saat ini kami buktikan dalam kegiatan bebersih ternyata masih mengalami kerusakan.

“Nah, indikator atau parameter capaian kritis kami. Menapa kami nyatakan gagal, pertama di kawasan hulu lahan kritis itu belum pulih, malah cenderung kerusakannya meningkat juga di wilayah ketuhutanannya,” ungkap Wahyudin.

Lebih lanjut dikatakan Wahyudin, di saat musim hujan kerap sering terjadi banjir bandang, banjir lumpur yang sekali juga menelan korban. Dan tentunya menengkatkan bentuk kerugian tidak hanya dalam kontek sektor lingkungan, tetapi kerugian secara material. Itu adalah salah satu indikator kerapa kami mengatakan gagal citarum, karena dari sisi kontek lahan kritis.

Selain itu Wahyudin juga mengakatan, alasan yang Kedua adalah, WaLHI juga masih menemukan bentuk-bentuk pelanggaran di sektor industri yang melakukan tercemaran secara langsung maupun tidak langsung  ke anak sungai maupun ke sungai Citarum. Pelanggar, industri-industri yang melakukan percemaran ke sungai tersebut tidak ditindas secara tegas.

“Selanjutnya mengenai penyelesaian persoalan sampah yang masuk ke anak sungai, maupun bermuara ke sungai Citarum. Memang situasi atau kondisi saat ini kami tidak menemukan sampah yang menggunung dari anak sungai yang bermuara ke Sungai Citarum, akan tetapi kami masih temukan pada saat kondisi hujan atau musim hujan, di sungai-sungai itu sampah mengapung,” bebernya.

Direktur Eksekutif WALHI Jawa Barat itu, tidak bisa membayangkan siapa instansi yang bertanggung jawab selanjutnya, ketika misalnya yang mengatasi, yang mengambil sampah-sampah yang bermuara di Sungai Citarum,” ucapnya.

“Kemudian soal anggaran yang bersumber dari APPD, Kementerian dan lainnya itu ada memang dipublikasikan, tapi secara detil tidak dilakukan penyerapan anggarannya. Saat iniemasuki tahun lke 6 dimana kurun waktu Program Citarum Harum ini sudah berjalan, lalu berapakah biaya, yang bersumber dari APPD dan Kementarian dan lainnya yang telah diserap,” jelasnya.

Selain, tidak ada transparansi secara detil anggarannya tersebut, pihaknya pun juga melihat, tidak ada terasparasi secara detil termasuk keuangan yang bersifat hutang negara.Wahyudin juga membeberkan alasan lainnya yaitu, seberapa jauh partisipasi publik  dilibatkan secara masif.  Dan masih terlibat pada ruang-ruang perencanaan, evaluasi, pengawasan terhadap Program Citarum Harum.

“Yang terakhir adalah benar adanya, bahwa Program Citarum Harum merupakan program palsu. Faktanya, hingga saat ini masih mengalami kerusakan yang nyata. Mengapa kami katakan Program Palsu, karena tidak menyasar pada fokus masalah pencamaran dan kerusakan dari hulu ke hilir hingga muara Sungai Citarum, serta sejauhmana indeks kualitas air Sungai Citarum.” pungkas Wahyudin kepada wartawan. (CJ / Sabilillah)

banner 521x10

Komentar