Antisipasi Bencana, BPBD Jateng Siagakan Posko Dilokasi Rawan

Berita, Jawa Tengah329 Dilihat

INILAHONLINE.COM, SEMARANG

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah menyiagakan sejumlah posko siaga bencana, saat perayaan natal dan tahun baru (Nataru). Posko tersebut dibuat di lokasi-lokasi rawan bencana alam untuk mengantisipasi terjadinya bencana yang dapat mengganggu persiapan Nataru tahun ini.

Kepala BPBD Jateng, Sudaryanto saat menggelar conferensi pers di kantor Gubernur Jawa Tengah, Rabu (18/12) mengatakan, kesiapsiagaan itu dilakukan karena Nataru tahun ini bertepatan dengan masuknya musim penghujan. Dimana saat peralihan musim atau masa pancaroba tersebut, dimungkinkan terjadinya cuaca ekstrem yang memicu terjadinya bencana alam seperti angin kencang, petir, longsor dan banjir.

“Selama Nataru ini, kami siaga 24 jam untuk mengantisipasi berbagai bencana yang ada. BMKG telah memprediksikan, bahwa puncak musim penghujan akan terjadi pada Januari-Februari 2020, dan tentunya akan banyak potensi bencana selama musim penghujan ini,” kata Sudaryanto.

Selain BPBD, posko-posko siaga bencana itu juga bekerjasama dengan berbagai instansi lain, seperti TNI/Polri, Basarnas, BPBD Kabupaten/Kota, DPU BMCK dan lainnya. Sehingga apabila terjadi bencana saat Nataru, dengan cepat dapat diselesaikan.

“Apabila terjadi bencana, maka masyarakat dapat melaporkan di SMS : 08121556495, Whatapps :088 13809409, Telp/faks : 024-3562293 atau Website : www.bpbd.jatengprov.go.id,” terangnya.

Di Jawa Tengah lanjut Sudaryanto, setidaknya ada 1.691 desa yang rawan bencana banjir, 2.136 desa rawan bencana longsor dan 658 desa rawan bencana angin puting beliung. Untuk mengantisipasi itu, pihaknya telah melakukan berbagai upaya pencegahan seperti membuat Desa Tangguh Bencana (Destana), pemasangan Early Warning System (EWS) serta simulasi dan pelatihan bagi masyarakat.

Selain itu, Pemprov Jateng juga menerbitkan surat edaran kepada Bupati/Wali Kota se Jawa Tengah, untuk mengantisipasi dampak musim penghujan. Pihaknya juga terus menginventarisir lokasi rawan bencana banjir dan longsor, mengecek tanggul-tanggul rawan serta melakukan pengadaan logistik untuk persiapan bencana.

“Kami juga sudah menyiapkan dana tak terduga dari Gubernur tahun 2019 sebesar Rp 23 miliar, yang dapat digunakan untuk penanganan bencana,” tegasnya.

Sepanjang Januari hingga Desember tahun ini, Sudaryanto menjelaskan, bahwa ada 2.179 bencana alam yang terjadi di Jawa Tengah. Akibat bencana itu, mengakibatkan sebanyak 35 korban meninggal dunia dan kerugian hingga miliaran rupiah.

“Bencana terbesar adalah kebakaran dengan total 645 kejadian, disusul angin puting beliung sebanyak 572 kejadian, tanah longsor sebanyak 504 kejadian dan kebakaran hutan lahan sebanyak 294 kejadian. Banjir cukup sedikit, yakni sebanyak 151 kejadian,” terangnya.

Berbagai bencana alam tersebut lanjut dia, telah merusakkan rumah penduduk. Tercatat sebanyak 1200 rumah mengalami rusak berat, 1832 rumah rusak sedang dan 8670 rumah mengalami rusak ringan.

“Kepada para korban tersebut, kami telah memberikan santunan sesuai Pergub 77 tahun 2014 tentang pemberian bantuan kepada korban bencana alam,” pungkasnya.

(Suparman)

banner 521x10

Komentar