Pekan Poros Maritim Berbasis Rempah, Wujud Visi Indonesia Negara Maritim Agraria

InilahOnline.com (Semarang-Jateng) – Pekan Poros Maritim berbasis Rempah yang diselenggarakan mulai 16 hingga 19 Nopember 2017 di Lawang Sewu dan Wisma Perdamaian, mendapat sambutan cukup meriah dari para stakeholder yang datang ke lokasi wisata. Kegiatan yang diisi dengan seminar, pameran produk rempah, pameran pemerintah daerah penghasil rempah dan pameran karya seni ”History Repaeach It Self”karya Titarubi.

”Di awal perhelatan tangkaian kegiatan selama empat hari tersebut akan diisi dengan pembukaan lelang perdana komoditas rempah dan beberapa produk lainnya. Hanya dalam lelang perdana bisa memperoleh Rp 600 juta, ”kata Suhirman Muliodihardjo Dewan Rempah Indonesia di acara pembukaan di Lawang Sewu Semarang, Kamis (16/11/2017).

Menurutnya, Pekan Poros Maritim Berbasis Rempah ini merupakan inisiatif sekaligus ihtiar anak bangsa yang sebelumnya telah melakukan Relawan Rempah (29/9/17), untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai Negara Maritim-Agraria.

”Jadi dengan mengembalikan kejayaan maritim nusantara dan rempah ini, sebagai bagian budaya yang melekat serta bertumbuh dalam sejarah Indonesia,”ujarnya.

Namun demikian,lanjut dia, di era millenial negara-negara lain telah melakukan pengembangan dan industrialisasi secara masif, rempah kita 90 persen pengelolaannya dilakukan oleh petni.

”Sudah saatnya kita harus tinggalkan pola sejarah lama perekonomian eksploitaif,”katanya.

Sementara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tengah mendorong transformasi perekonomian Indonesia dari berbasis komoditas ke manufaktur sebagai syarat transformasi menjadi negara maju.

”Indonesia pernah mengalami pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen pada era 1990-an, tepatnya saat mulai melakukan industrialisasi. Jadi sektor manufakturnya berkontribusi 30 persen dari total PDB negara,”ujarnya.

Namun sejarah komoditas juga mengalami pasang surut yang cukup signifikan, di tahun 1970-an, Indonesia mengalami surplus devisa dari oil boom, selanjutnya tahun 1980-an berganti menjadi huta kayu, sawit dan batu bara di tahun 2010.

Meski demikian kata dia, sejalan dengan implementasi Nawa Cita, pemerintah berkomitmen untuk memperkuat Poros Maritim dan industrialisasi yangberbasis infrastruktur, agar tercipta kemandirian ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

”Industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang diprioritaskan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018 oleh Bappenas. Oleh karenaitu, revitalisasi rempahmerupakan program strategi dan seharusnya segera dilakukan untuk peningkatan perekonomian nasional,”paparnya.

Gubernur Jateng yang diwakili Sekretaris Daerah Pemerintah Daerah Provinsi Jateng Sri Puryono meminta, kepada bupati/walikota supaya bisa membentuk relawan rempah yang berada di wilayahnya, sehingga hasil bumi yang ada ini semakin mendunia.

”Yang jelas rempah ini bisa mengubah dunia yang bisa digunakan untuk pengobatan, serta mengangkat ekonomi rakyat sehingga hidupnya semakin sejahtera,”katanya.

Dijelaskan Sekda, meski saat ini mengalami susut oleh komoditas lain, negara lain pun justeru semakin masif dalam menggunakan produksi rempah yang diambil dari negara kita. Oleh karena itu, dari 7.000 jenis rempah yang ada di negara kita harus digaraf dengan sungguh-sungguh sehingga hasil bisa memuaskan.

”Jadi kerja sama dan sinergitas antara pemerintah dan masyarakat harus terus digalakkan. Harus dikupas secara tuntas serta didiskusikan untuk kejayaan rempah kita,”ujarnya.

Dirjen Pertanian Ir Bambang mengatakan, untuk kebangkitan rempah di Indonesia diperlukan adanya jaringan serta relawan rempah Indonesia secara besdar-besaran, sehingga rempah kita menjadi komoditas yang mendunia seperti jargon ” Rempah kita untuk dunia”.

”Hanya rempah yang diproduksi oleh para petani kita perolehan pendapatan, bisa mengungguli pendapatan dari sektor migas seperti fosil dan energi semakin habis.”

Dijelaskan, dengan mengacu kebijakan Menteri terkait gerakan rempah ini berpotensi terhadap perkebunan yang harus mengelola komoditas perkebunan rempah dari berbagai penjuru dunia.

”Siapa yang kuasai pangan dan energi,itulah yang kuasai dunia,”paparnya.

Ia menambahkan, meski tingkat kontinuitas sebanyak 90 persen dikelola oleh petani kecil, yang tersebar di seluruh Indonesia diharapkan peran rempah ini menjadi kekuatan baru sebagai kejayaan Indonesia.

”Selama dua tahun ini gelora rempah semakin luar biasa perkembangannya, sehingga banyak produksi perusahaan jamu banyak yang menggunakannya,”tandasnya.

Namun demikian, tambahnya, produksi hasil rempah kita ternyata masih jauh dari capaian lada, pala dan rempah, sehingga belum bisa menjadi kekuatan baru. Hal ini terbukti satu hektar lahan baru memperoleh 500 kg, sehingga belum bisa mencapai dua ton lebih.

Sementara dalam lelang perdana komoditas rempah dan beberapa produk lainnya ternyata dalam lelang pertama berhasil mendapat perolehan sebesar Rp 600 juta.(Suparman)

banner 521x10

Komentar