INILAHONLINE.COM, MAGELANG
Sebanyak 10 kelompok kesenian soreng, mengikuti Festival Soreng Bawaslu yang digelar di Taman Parkir Gunung Telomoyo, Desa Pandeyan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Minggu (17/11/2019). Festival Soreng Bawaslu, sebagai upaya mensosialisasikan menolak politik uang dalam pemilihan umum (pemilu) maupun pemilihan kepala desa (pilkades).
Ketua Bawaslu Kabupaten Magelang, MH. Habib Shaleh, Senin (18/11) mengungkapkan, festival soreng ini sebagai media untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang demokrasi dan anti politik uang, dan sekaligus launching Desa Anti Politik Uang (Desa APU), pembacaan ikrar pakta integritas tolak politik uang oleh calon kepala desa se-Kecamatan Ngablak.
“Gerakan dalam tarian Soreng, memiliki kekuatan yang menunjukkan sikap dan semangat kepahlawanan dan sikap berani berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan., termasuk kekuatan untuk menolak politik uang,” katanya.

Tari soreng, dinilai bisa memberikan pesan-pesan positif kepada masyarakat, diterapkan dalam hal demokrasi dengan mberani menolak politik uang. Karena kesenian tradisional Soreng, merupakan kesenian khas Kabupaten Magelang.
Festival Soreng, dihadiri para tokoh Forkopimda Kabupaten Magelang serta disaksikan ratusan orang warga dari kawasan Gunung Telomoyo, Gunung Andong, serta Gunung Merbabu. Mereka menyaksikan rangkaian acara yang meliputi launching Desa Anti Politik Uang (Desa APU), pembacaan ikrar pakta integritas tolak politik uang oleh calon kepala desa se-Kecamatan Ngablak dan festival soreng.
Ketua Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Kabupaten Magelang, Mul Budi Santoso mengungkapkan, tari soreng bisa dilibatkan dalam beberapa bidang kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik hingga pariwisata untuk bersama-sama mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Festival Soreng ini, berkolaborasi dengan Bawaslu untuk penyadaran demokrasi.
Menurut Bodrek, panggilan Mul Budi Santoso, soreng dianggap sebagai tarian yang membangkitkan semangat. Ada unsur perjuangan dalam kita mengawal NKRI. Soreng ini tarian prajurit yang semangatnya luar biasa dan dinamis mencerminkan kondisi bangsa Indonesia,” katanya.
Semangat tari soreng yang berupa kegotongroyongan dan daya juang juga perlu diaplikasi dalam bidang politik nasional. Nilai-nilai positif tersebut diperlukan oleh NKRI dalam upaya menjaga kekompakan, menyatukan berbagai elemen untuk gotong royong dalam satu tujuan Indonesia Maju.
Bupati Magelang, Zaenal Arifin SIP dalam sambutan yang dibacakan Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Ahmad Husein mengungkapkan, politik uang muncul saat pemilihan baik pilkada, pemilu maupun pilkades.

“Fenomena ini perlu disikapi bersama demi perbaikan kualitas sistem demokrasi, di antaranya melalui regulasi, menumbuhkembangkan budaya antipolitik uang dan menumbuhkan budaya karakter pengawasan di masyarakat,” ujarnya.
Politik uang, katanya, menjadi bahaya laten sehingga butuh upaya massif dan sistematis untuk memberantasnya. “Melalui berbagai kegiatan pencegahan yang berangkat dari lingkungan keluarga dan lingkungan sosial terdekat ataupun media seni budaya yang berkembang di masyarakat diharapkan mampu meredam politik uang,” katanya.
Kordiv Pengawasan Bawaslu Jawa Tengah Anik Solih mengapresiasi upaya Bawaslu Kabupaten Magelang yang menggandeng kelompok tari soreng dalam upaya mengkampanyekan tolak politik uang. “Budaya seperti ini kami dukung, karena budaya memiliki nilai yang baik. Dalam tari soreng ada nilai keberanian, kami berharap agar nilai ni diadopsi warga untuk menolak politik uang,” katanya.
(Ali Subchi)
Komentar