INILAHONLINE.COM, SURAKARTA
Perbaikan terus-menerus dalam pembelajaran di kelas perlu dilakukan. Hal ini karena setiap saat tantangan di kelas selalu berbeda. Dengan perangkat pembelajaran yang sama, namun diterapkan pada siswa yang berbeda maka hasilnya akan berbeda. Karena itulah, kelas merupakan sebuah ruangan yang unik, yang setiap saat perlu di evaluasi, di refleksi, dibuat perencanaan dan pelaksanaan, kemudian perlu di evaluasi lagi.
Hal tersebut mengemuka dalam lokakarya penelitian tindak kelas, kolaborasi dosen guru kerja sama Program Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran (PINTAR) Tanoto Foundation kerjasama dengan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang di Hotel Best Western Surakarta, selama 3 hari (30/8 – 1/9).

Head of Teacher Training and Learning Tanoto Foundation Ujang Sukandi menjelaskan bahwa, Tanoto Foundation memiliki perhatian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu bentuk perhatiannya adalah menyelesaikan masalah di kelas melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) rintisan kolaborasi LPTK dan Sekolah. Loka karya ini memadukan 2 unsur tersebut, satu unsur teoritis pada diri dosen yang sarat dengan pengalaman teoritis dengan banyak kajian pustaka, Dan unsur lainnya yaitu unsur praktik yang ada pada guru.
“Kami memadukan antara dosen yang menguasai banyak teori, dan guru yang menguasai banyak pemgalaman praktis. Kita akan kerjasamakan dan dorong implementasinya, mudah-mudahan PTK ini menghasilkan sebuah solusi nyata dan benar-benar membudaya,” jelas Ujang.

Ujang mengungkapkan, maksud kegiatan yang diikuti oleh 25 orang sebagai perwakilan dari 5 Mapel kolaborasi dosen dan guru ini adalah ingin membangun budaya PTK. Ingin membangun kebiasaan ber-PTK. Dan bila disederhanakan, membangun berPTK menjadi kebiasaan guru untuk merefleksi mengajarnya. Menyadari atau mengidentifikasi apa yang harus diperbaiki, lalu merencanakan perbaikan itu dan melaksanakan kembali perbaikan, “Kemudian merenung kembali, mengevaluasi apakah tindakan perbaikan sudah betul-betul ke arah yang diinginkan. Merefleksi lagi, merencanakan tindakan lagi, terus-menerus berulang,” katanya.
Ujang berpesan bahwa yang paling utama adalah di dalam diri guru harus ada keinginan untuk memperbaiki diri, untuk ingin mengajar hari ini lebih baik dari kemarin. Kalau tidak ada keinginan itu, maka metode apapun yang diberikan, tidak akan merubah apapun. Apakah dengan mindset, apakah dengan root mindset.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Dr Mardiyana, M.Si saat membuka acara mengatakan bahwa kolaborasi ini penting dilaksanakan. Perpaduan antara teoritas dan praktis. Sehingga kedua belah pihak akan mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman baru. Hal ini perlu di dorong untuk menjadi budaya akademis. Saat ini dilembaganya juga sedang gencar dilakukan program serupa. Bukan dengan PDCA (Plan, do, check, Action) namun berupa PPEPP.
“Di Perguruan tinggi sedang digalakkan konsep PPEPP atau singkatan dari Penetapan/ perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi/ penilaian, Pengendalian, dan Peningkatan. Di perguruan tinggi manapun sedang di kerjakan pola ini. Semoga kegiatan seperti PTK dengan berbagai pola ini dibiasakan dan dibudayakan,” ungkap Mardiyana.
Kegiatan tersebut diikuti oleh dosen- dosen dari 2 universitas mitra dan sekolah mitra Tanoto Foundation. Salah satu judul PTK kolaborasi dosen guru yang menarik yaitu tentang peningkatan keterampilan menulis laporan melalui penggunaan media gambar seri kelas II di SDN Sondakan Laweyan Surakarta tahun pelajaran 2019/2020.

Dosen dari UNS Ibu Anesa Surya, M.Pd berkolaborasi dengan Agustina Nurfi Hirawati S Pd, guru dari SDN Sondakan. Mereka dengan apik membuat pemetaan masalah di kelas II. Pertama-tama mereka menganalis masalah pembelajaran keterampilan menulis lal akhirnya sampai menemukan sebuah solusi yaitu dengan menggunakan media gambar seri.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Ibu Kristi Liani Purwanti, Dosen FITK UIN Walisongo berkolaborasi dengan Ibu Emy Ekowati guru kelas 2 MI Tarbiyatul Khoirot Semarang. Mereka memetakan masalah tentang bagaimana meningkatkan kemampuan menyatakan perkalian dua bilangan 1 angka sebagai bentuk penjumlahan berulang dan menentukan hasilnya pada tema “Permainan di Lingkunganku “. Mereka juga membuat media TUBO untuk mengatasi masalah tersebut.
Pada Mapel Bahasa Indonesia tingkat SMP/MTs dilakukan secara kolaboratif antara Ibu Lulut Widyaningrum dari UIN Walisongo Semarang bersama dengan Ibu Nur Baetillah. Judul yang diangkat adalah “Penerapan Strategi Guided-Concept Mapping untuk meningkatkan Kemampuan Menentukan Unsur Intrinsik Teks Cerita Fantasi Kelas VII MTs Negeri 1 Kota Semarang Tahun Pelajaran 2019-2020″.
Penggunaan Strategi Guided Concept Mapping, dengan tetap memasukkan unsur MIKiR, dipilih karena dipercaya mampu meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya juga meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa. Terutama dalam menentukan unsur intrinsik dalam teks cerita fantasi.
(Anang A Roziqin)
Komentar