INILAHONLIME.COM, JEPARA
Joko Prakoso (41), orang pertama mendaftar pada Panitya Pemilihan Petinggi/Kepala Desa (Pilpet), Desa Banyuputih, Kec.Kalinyamatan, Kab Jepara, Jateng, Rabu 17 Juli 2019. Ini menandai proses awal Pilpet (serentak) didesa itu, mulai pendaftaran calon (16-24 Juli 2019), penelitian administrasi, masa kampanye, hingga Hari “H” Pencoblosan, 17 Oktober 2019.
Ketua Panitya Pilpet Banyuputih, Achid Turmudi dan anggota lain, menerima berkas administrasi yang disampaikan Joko Prakoso di Balai Desa Banyuputih pagi itu. Setelah itu, dibuatkan berita acara penyerahan berkas, “ditulis tangan” karena Panitya tak punya perangkat komputer.
Menurut Achid Turmudi, tiap calon peserta Pilpet, ditarik uang jaminan Rp 20 juta. Dikembalikan utuh setelah proses Pilpet usai. Calon yang undur diri, uang jaminan hangus. Khusus pemenang Pilpet, uang jaminan diminta disumbangkan Panitya. Sebab sebab dana diterima Panitya dari Pemprov Jateng , sangat minim cuma Rp 90 juta.
Joko Prakoso sengaja pilih tanggal 17 saat mendaftarkan diri. Tanggal itu diyakini “keramat”, karena Proklamasi Kemerdekaan RI digaungkan tanggal 17 (Agustus 1945). Semoga kekeramatan tanggal itu, membawa berkah buat saya, ujar Joko Prakoso, yang datang bersama istri dan anak lelaki bungsunya usia 3 tahun, mengendari mobil Rubicon, warna kuning gading.
Pria bertubuh atletis ini optimis memenangkan Pilpet. Apa lagi delapan tahun lalu, ia pernah jadi Petinggi di desa itu satu periode. Jika saya jadi Lurah lagi, dalam dua tahun dewsa ini saya makmurkan, tandasnya. Dia juga punya lima “Kata Kunci” untuk mensejahterakan warga. Satu diantaranya kata “Jujur”. Empat kata lain, akan dipaparkan dalam kampanye nanti, ujarnya.
Diramal, dua calon juga ikut Pilpet ini yaitu, Sumaji (petahana) kini menjabat Kades Banyuputih dan Murtadho yang memegang sebuah badan desa. Tetapi Mulyono, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Banyuputih memprediksi, Joko Prakoso akan memenangkan Pilpet. “Dia punya segala-galanya dibanding yang lain, meskipun tidak sempurna”, ucap Mulyono terpisah.
(Heru Christiyono Amari)
Komentar