Fitnah Politik Mulai Menyeruak di Pilkada Jabar, Sudrajat dan Gus Dur

Daerah, Politik710 Dilihat

INILAHONLINE.COM, BANDUNG – Seorang provokator membuat karangan bebas dan opini sesat. Isinya Sudrajat pernah berkhianat kepada Presiden keempat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kala menjabat Kapuspen TNI. Naskahnya digiring agar warga Nadhliyin tidak memilih Sudrajat di Pilgub Jawa Barat. Sungguh agitasi murahan.

Sudrajat memang pernah bersilang pendapat dengan Gus Dur terkait status presiden selaku panglima tertinggi TNI. Salah satu orang dekat Gus Dur berpendapat, presiden selaku panglima tertinggi TNI berhak untuk memindahkan para prajurit sesuai dengan yang dikehendaki.

Sementara Sudrajat berpendapat, status presiden selaku panglima tertinggi TNI hanya berlaku pada saat kondisi negara sedang darurat. Sedangkan dalam kondisi normal, komando tertinggi ada pada panglima TNI.

Menurut Sudrajat, dalam UUD 1945 tidak ada istilah presiden sebagai panglima tertinggi. Melainkan, presiden adalah penguasa tertinggi atas Angkatan Darat, Angakatan Laut dan Angkatan Udara. Pasal berikutnya, Presiden berwenang mengumumkan perang.

Artinya, Presiden adalah penguasa tertinggi politik pertahanan yang bisa mengerahkan angkatan perang. Namun, Presiden tidak bisa merombak langsung jabatan prajurit TNI. Hal itu menjadi tugas dari Panglima TNI, sesuai kebutuhan organisasi dan tugas.

“Presiden bisa mengganti Panglima TNI, Kasad, Kasau dan Kasal. Tetapi bukan seluruh jabatan prajurit. Itu pun harus melalui proses Dewan Jabatan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti) TNI, sehingga presiden mendapat figur terbaik,” kata Sudrajat dalam sebuah perbincangan beberapa waktu lalu.

Silang pendapat ini membuat Sudrajat kehilangan posisinya sebagai Kapuspen TNI. Sudrajat tetap tegar, tidak mendadak melow dan curhat di media seolah terzalimi. Sudrajat seorang prajurit Sapta Marga yang setia kepada negara. Dia bukan perwira yang berprinsip “asal bapak senang”. Dia tidak ingin kepala negara terjerumus karena bisikan orang-orang terdekatnya.

Sudrajat menjalani tugas baru sebagai Staf Ahli Panglima TNI dengan profesional. Selang beberapa lama, Sudrajat ditemui oleh Mahfud MD yang kala itu menjabat Menteri Pertahanan. Mahfud meminta kesediaan Sudrajat untuk menjadi Direktur Jenderal (Dirjen) Strategi Pertahanan di kementerian yang dia pimpin. Sudrajat pun menjawab dengan santai.

“Pak Mahfud, saya itu baru dicopot sama Gus Dur. Kalau Pak Mahfud mau mengangkat saya, sebaiknya Pak Mahfud minta izin dulu kepada Gus Dur,” tandasnya.

Tak lama berselang, Gus Dur pun memanggil Sudrajat. Gus Dur meminta Sudrajat bersedia mengambil tugas sebagai Dirjen Strategi Pertahanan. “Seharusnya Pak Sudrajat ini sudah bintang tiga,” kata Gus Dur kala itu.

Sebagai prajurit, Sudrajat tetap bersikap siap sedia akan perintah atasan. Jabatan Dirjen pun diraih Sudrajat tanpa usaha cari muka dan lobi-lobi politik, melainkan karena kepercayaan pimpinan dan kualitas pemikiran.

Sudrajat sempat dicopot oleh Gus Dur dan dinaikan kembali oleh Gus Dur. Usai menjabat Dirjen, Sudrajat mengemban tugas lebih besar, yakni menjadi duta besar di Cina dan Mongolia. Jadi, tidak mungkin Gus Dur menugaskan Sudrajat di jabatan penting tanpa mempertimbangkan kualitasnya.

Hubungan emosional antara Gus Dur dengan Sudrajat pun terjalin sangat baik. Keduanya kerap berkomunikasi dan saling menghormati hingga akhirnya Gus Dur tutup usia. Itulah kisah sebenarnya.

Semakin mendekati hari pencoblosan, elektabilitas Sudrajat kian melesat. Lambat laun publik semakin tersadarkan bahwa Sudrajat figur yang layak untuk memimpin Jawa Barat. Kemunculan jenderal jebolan Harvard ini membuat calon lain gerah dan terpaksa menaikan status, dari siaga menjadi darurat.

Mereka yang tak suka melihat tingginya elektabilitas Sudrajat langsung kasak kusuk mencari borok Sudrajat. Sayang, upaya mereka sia-sia. Sudrajat tidak punya cacat masa lalu. Tidak ada beban kasus korupsi, tidak punya skandal moral, dan tidak memiliki rekam jejak digital.

Akhirnya, mereka menghalalkan segala cara. Membuat narasi palsu, mengarang bebas, dan membuat konten negatif untuk merusak nama Sudrajat. Salah satunya tulisan propaganda sesat yang membenturkan Sudrajat dengan Gus Dur.

Sudrajat sudah kadung menjadi calon gubernur yang direstui para ulama dan diidolakan umat di Jawa Barat. Insya Allah, dalam waktu dekat Jawa Barat akan dipimpin oleh gubernur yang memiliki rekam jejak profesional dan bertaraf internasional.

Jawa Barat Asyik…! (Mohammad Iqbal)

banner 521x10

Komentar